NAMA : FIFI FITRIYAH NIM : 206018200196 HP :085782574104 BAB I A. PENDAHULUAN Kurikulum yang berorientasi pada materi dan tujuan sekarang nampaknya sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan jaman. Perlu ditambahkan satu pemikiran lain, yaitu bagaimana memproses hasil belajar berupa konsep dan fakta yang diperoleh itu untuk mengembangkan diri, untuk menemukan sesuatu yang baru. Dengan fakta dan konsep yang yang tidak banyak, tapi dipahami betul, dapat diproses untuk menguasai dan atau menemukan fakta dan konsep yang lebih banyak. Justru membuat konsep dan fakta yang terlalu banyak dapat menghambat kreatifitas siswa. Perkembangan baru terhadap pandangan pelaksanaan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya, karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peran dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Salah satu peran guru dalam proses belajar mengajar adalah evaluator. Dalam satu kali proses belajar mengajar, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penlaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa, di dalam kelas ataupun kelompoknya. Dengan penilaian guru, dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk siswa yang pandai, sedang kurang, atau cukup baik di kelasnya bila dibandingkan dengan teman-temannya. Penelaahan pencapaian tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat diketahui, apakah proses belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar. Salah satu penilaian yang dapat dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah penilaian keterampilan proses. Dalam fungsinya sebagai penilaian hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan terus menerus ditingakatkan untuk memperoleh hasil yang optimal Maka dengan adanya Feed Back itupun proses Pembelajaran nyata itu Terpenuhi dengan baik dan diharapkan bisa mendekati tingkat Ketuntasan Minimal, sehingga bisa memenuhi Standar yang telah ditentukan oleh pemerintah bahkan bisa melebihi strandar yang telah ditentukan karena standar yang telah ditentukan oleh pemerintah berdasarkan kemampuan minimum selutuh Lembaga Pendidikan di Indonesia Baik itu dari Desa, kota, Terpencil ataupun sedah Meluas dalam perkembangannya. B. Masalah Penelitian Bagaimana Efektifitas pembelajaran IPA-FISIKA yang terjadi di Sekolah MTsN Tenggarong Kabupaten Karta negara Tahun Pembelajaran 2007/2008 ? C. Keterbatasan Mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian peristiwa yang dirancang oleh guru dalam memberikan dorongan kepada siswa belajar. Belajar bersifat individual dan sebagai pendorong setiap siswa memperoleh pengaruh dari luar dalam proses belajar dengan kadar yang berbeda-beda, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karena itu hasil belajarpun berbeda-beda. Meskipun pengaruh pengajaran yang diterima bersifat individual tetapi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan secara kelompok (klasikal), namun guru tetap dituntut bagaimana siswa dapat belajar secara optimal sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing siswa. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka dalam pendidikan sudah saatnya meninggalkan cara belajar yang tradisional. Begitu pula cara mengajar yang konvensional. Proses belajar DDCH (Duduk, Dengar, Catat, dan Hafal) dinilai tidak efektif dan efisien untuk membina siswa menjadi manusia kreatif kelak. Belajar yang optimal dapat dicapai bila siswa aktif dibawah bimbingan guru yang aktif pula. Cara dalam mengaktifkan siswa belajar salah satunya adalah konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif – Student Active Learning). Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) pada hakekatnya merupakan suatu konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar baik dilakukan oleh guru maupun siswa . Jadi dalam CBSA tampak jelas adanya guru aktif mengajar disatu pihak, dan siswa aktif belajar di lain pihak. Konsep ini bersumber dari teori kurikulum yang berpusat pada anak (Child Centered Curriculum). Penerapannya berlandaskan kepada teori belajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami untuk memperoleh pemahaman atau insight (teori gestalt). (Muhamad Ali, 1983 :68). Dengan perkataan lain, keaktifan dalam CBSA mengarah keaktifan mental, meskipun untuk mencapai ini dalam banyak hal dipersyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai hal atau bentuk keaktifan fisik. (Raka Joni, 1980 : 20). Salah satu pendekatan pengajaran yang mempunyai kadar CBSA tinggi dalam pengajaran IPA adalah pendekatan keterampilan proses, pendekatan ini merupakan penyempurnaan dari pendekatan faktual dan pendekatan konsep. Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah kepada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Pendekatan keterampilan proses sebagai pendekatan yang menekankan pada pertumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik agar mereka mampu memproses informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun pengembangan sikap dan nilai. (Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, 2000 : 77-78). Sejalan dengan asumsi di atas, maka belajar-mengajar dipandang sebagai suatu proses yang harus dialami oleh setiap peserta didik atau siswa. Belajar mengajar tidak hanya menekankan kepada apa yang dipelajari, tetapi juga menekankan bagaimana ia harus belajar. Para guru dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi, kemampuan dan keterampilan-keterampilan peserta didik sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya. Dalam hal ini kami Menemukan Keterbatasan Permasalah yang kami hadapi untuk di bahas secara keseluruhan dan kami Melihat adanya Sampling yang Acak-acakan tidak Sesuai dengan Kebutuhan Penelitian. Dan kemudian adanya Sampling yang bias sehingga tidak bisa kamo terjemahkan secara Sempura yang kesemuanya tiu emnjadikan Penelitian Kami menjadi tidak sempurana seperti yang diinginkan.
D. Definisi Istilah Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam” yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “Natural Science” atau “Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau sangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.(Srini M. Iskandar, 1997:2). Mata Pelajaran Fisika di SLTP merupakan perluasan dan pendalaman IPA di Sekolah Dasar (SD) dan sebagai dasar untuk mempelajari perilaku benda dan energi serta keterkaitan antara konsep dan penerapannya dalam kehidupan nyata. Pembelajaran IPA di SLTP menurut kurikulum 1994 edisi revisi 1999 bertujuan agar siswa dapat: 1. Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan kebanggaan nasional, dan kebesaran serta kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, 2. Memahami konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya, 3. Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep IPA dan menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah, 5. Menerapkan konsep dan prinsip IPA untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia, 6. Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah. Mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampilan, wawasan, dan kesadaran teknologi yang berkaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari dan prasyarat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah serta peningkatan kesadaran terhadap kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Mata pelajaran Fisika SLTP, konsep dan sub konsep dipelajari melalui penelitian sederhana, percobaan dan sejumlah kegiatan praktis dengan fokus pada pengembangan keterampilan proses.
Mengenai apa itu fisika dapat diambil definisi yang telah ditulis oleh Herbert Druxes, et al, (1986:3) fisika adalah : 1. Pelajaran tentang kejadian dalam alam, yang menungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis, dan berdasarkan peraturan-peraturan umum (Brockhaus 1972); 2. Suatu uraian tertutup tentang semua kejadian fisikalis yang berdasarkan beberapa hukum dasar (Brand/Dahmen 1977); 3. Wu Li, kata dalam bahasa Cina untuk fisika dengan lima arti: struktur energi organik – jalan saya – omong kosong – berpegang pada gambaran tertentu – penerangan (Zukov 1981); 4. Apa yang dikerjakan oleh para ahli fisika (beberapa buku pelajaran baru, misalnya Orear 1973); 5. Suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana-sederhananya dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya. Persyaratan dasar untuk pemecahan persoalannya ialah mengamati gejala-gejala tersebut (Gerthsen 1958); 6. Teori peramalan alternatif-alternatif yang secara empiris (dengan percobaan) dapat dibeda-bedakan (Wizsacher 1979). Selanjutnya Herbert Druxes et al, mengemukakan bahwa fisika meng uraikan dan menganalisa struktur dan pristiwa-peristiwa alam, teknik, dan dunia sekeliling kita. Dalam pada itu itu akan ditemukan atauran-aturan atau hukum-hukum dalam alam, yang dapat menerangkan gejala-gejalanya berdasarkan struktur logika antara sebab dan akibat. Dalam pada itu eksperimen atau percobaan merupakan alat bantu yang sangat penting. Struktur ilmiah fisika, dalam pada itu, menyusun atau membentuk pengertian , hubungan antara pengertian, prinsip, dan hukum yang berlaku secara umum. Jadi secara keseluruhan, fisika dapat dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha menguraikan serta menjelaskan hukum alam dan kejadian-kejadian alam dengan gambaran menurut pemikiran manusia. (Herbert Druxes, et al, 1986: 12). Masalah pelajaran fisika di sekolah-sekolah pendidikan umum oleh Herbert Druxes, et al (1986:27) diuraikan secara singkat : a) Fisika “tidak disukai” yaitu masih banyak dipertanyakan kegunaan hasil fisika bagi manusia, anggapan fisika sebagai ilmu pengalaman terurai secara murni sehingga hasil dan pernyataannya juga dianggap tidak mempunyai arti dalam gambaran dunia, b) Fisika itu berat, yaitu adanya pengertian dan model yang hampir tak ada hubungannya dengan dunia kita yang dapat diindera dan diamati. Sebagai contoh, untuk menjelaskan dalam menjelaskan gejala relativitas, orang berbicara tentang pelbagai partikel elementer, yang terdiri atas kuark dan gluon, bahan ini termasuk ke dalam “keluarga-keluarga” tertentu dan mempunyai sifat-sifat yang “khas” dan membuatnya abstrak, tak tampak. c) Pelajaran fisika tidak “aktual” yaitu pelajaran fisika tidak memuat rencana yang peristiwa-peristiwa fisika yang sedang terjadi . Misalnya dalam surat kabar terdapat berita tentang penyediaan energi dan kekurangannya, tentang energi inti dan tenaga atom, tentang radioaktivitas dan pencemaran CO2 dalam atmosfer., Pelajaran fisika baru aktual bila siswa menyadari bahwa mereka dengan yang dipelajari itu dapat mulai dengan sesuatu dalam pekerjaan dan waktu senggang, d) Pelajaran fisika itu eksperimental yaitu pelajaran fisika oleh guru harus dibarengi dengan percobaan di depan kelas dan dilaboratorium oleh siswa. Dengan demikian terdapat pemberatan cukup besar bagi pengajar/guru.
Jumat, 2009 April 10 Islamic Research Nama : Dawam Manfaluthi Jur/smt : PAI/IV A Extension Catatan : Assalamu'alaikum Wr.Wb. Maaf bu saya telat mengerjakan tugas, ini tugas saya bu saya ambil dari goggle, apabila ada kesalahan mohon dikoreksi. makasih
Latar Belakang Masalah Masusia memang tidak dapat dipisahkan dengan segala keaktifannya, baik yang membutuhkan perpindahan tempat yang relatif jauh maupun yang tidak begitu jauh. Hal tersebut kadang menyebabkan terganggunya jadwal kegiatan yang seharusnya dapat mereka kerjakan sesuai waktu dan tempat yang telah ditetapkan, seperti dalam hal ujian perkuliahan. Berdasarkan hal tersebutlah penulis mencoba menciptakan metode ujian yang lebih fleksibel terhadap tempat pengerjaan, dalam hal ini metode ujian yang dapat diakses dari berbagai tempat dalam suatu rentang waktu yang telah ditentukan. Seperti telah diketahui bahwa awalnya konsep dari suatu pendidikan adalah terbentuknya suatu komunitas dimana mereka berkumpul pada waktu dan tempat yang sama serta saling bertukar informasi, konsep tersebut sedikit berubah seiring dengan berjalannya waktu, media informasi lain seperti surat, koran, radio, televisi, internet merupakan beberapa contoh media untuk mendapatkan informasi yang tidak mengharuskan bagi mereka untuk berada pada suatu tempat dan waktu yang sama lagi. Seperti bidang-bidang lainnya, bidang pendidikan pun dapat memanfaatkan internet sebagai sarana interaksi dalam sistem perkuliahan, baik pengaksesan materi, diskusi, pengerjaan ujian, dan kegiatan lainnya, yang selanjutnya disebut dengan sistem pendidikan jarak jauh, dalam hal ini sistem pendidikan jarak jauh yang difokuskan adalah sebuah sistem yang memanfaatkan metode web sebagai sarana interaksi perkuliahannya, khususnya sistem ujian. Pada perkembangannya, suatu website digunakan tidak hanya sebagai pusat informasi, melainkan juga digunakan sebagai media interaksi beberapa pengguna, sebagai contoh, suatu pengguna dapat memberi masukan ke suatu website, dimana masukan tersebut akan mempengaruhi informasi yang nantinya akan diakses oleh pengguna lain. Untuk mewujudkan suatu layanan web seperti yang diutarakan diatas, sistem yang dibuat minimal terdiri dari web server, bahasa pemrograman untuk dynamic website, dan database sebagai sarana penyimpanan data-data. Dalam hai ini web server digunakan untuk melayani segala proses pengadaan file-file yang digunakan untuk website, sampai pengaturan koneksi client-server, sedang bahasa pemrograman dynamic website digunakan sebagai dasar pembuatan halaman-halaman website yang dinamis yang berarti halaman tersebut dapat berinteraksi dengan pengguna ataupun layanan lainnya, seperti database ataupun file, sehingga secara tidak langsung halaman itu juga berfungsi sebagai penjembatan antara aksi yang dilakukan oleh pengguna atau pengakses website dengan akibat yang akan diterapkan terhadap layananan lainnya, misalkan database, Database itu sendiri dalam sistem ini dkan digunakan sebagai sarana penyimpanan data secara terstruktur, dalam hal ini adalah media penyimpan yang dapat diketahui relasi atau hubungan antara beberapa data lainnya yang bertipe sama.
Gambar 1. Proses secara umum yang terjadi pada sistem
Konsep Web Based Training Kini setelah internet merupalan teknologi yang memasyarakat, konsep pendidikan dapat dilakukan dengan lebih mudah, mereka dapat saling berinteraksi untuk mengirim ataupun mencari informasi dengan lebih efektif dan efisien, salah satu contoh konsep yang dapat dilakukan adalah Web Based Training yang selanjutnya disebut dengan WBT, WBT adalah suatu sistem dimana semua bagian dari pendidikan mulai dari bahan informasi, diskusi dan ujian diterapkan melalui teknologi layanan web. Berikut tabel perbandingan beberapa kegiatan-kegiatan dalam sistem pendidikan konvensional yang dapat dilakukan dalam sistem pendidikan WBT
Sistem konvensional WBT Mendengarkan kuliah, debat, wawancara, pidato, diskusi Webcam (kamera web yang meliputi gambar dan suara), multimedia conference. Konsultasi E-mail, mailing list, Bahan-bahan presentasi, buku referensi Dapat dibentuk dalam file-file .pdf, .ppt, .doc Ujian tertulis Fasilitas form web (fasilitas web dimana pengguna dapat memberikan balasan ke sistem tsb).
Dalam pembuatannya banyak aspek yang menentukan metode dan tipe dari pembentukan WBT itu sendiri, beberapa contoh aspek tersebut yang pertama adalah Instructor-led dan Learner-led. Dalam konsep Instructor-led, jadwal dan urutan bahan pendidikan sudah ditentukan dari awal oleh pengajar, pelajar tidak mempunyai pilihan untuk menentukan metode yang mereka inginkan dari pembelajaran tersebut, sedangkan dalam konsep Learner-led, pelajar mempunyai pilihan-pilihan untuk menentukan metode pembelajaran seperti forum diskusi, chat-session, serta urutan bahan yang ingin mereka pelajari terlebih dahulu. Berikut beberapa perbedaan keuntungan dari kedua konsep diatas :
Instructor-led Learner-led Pengajar dapat menjelaskan dengan lebih baik pertanyaan-pertanyaan ataupun pemecahan masalah dari bahan-bahan yang dibuat Pelajar dapat lebih merasakan manfaat dari pembelajaran yang mereka inginkan Pengajar dapat menentukan bahan-bahan yang akan diajarkan, sehingga itu akan lebih memudahkan pengajar dalam mengatur pembelajaran. Pelajar tidak tergantung dengan jadwal-jadwal yang telah dibuat oleh pengajar, sehingga akan lebih fleksibel Penilaian ujian dapat lebih mudah dilakukan Tidak ada pelajar yang merasa “tertinggal” oleh pelajar lain dalam pembelajaran, sehingga mereka merasa percaya diri atas apa yang telah mereka dapatkan
Aspek yang kedua adalah asynchronous dan synchronous, dimana aspek tersebut akan menentukan metode aktifitas pelajar. Synchronous berarti semua aktifitas pendidikan dikerjakan secara bersamaan atau dalam rentang waktu yang relatif kecil, seperti chat-session dan webcam, sedangkan asynchronous merupakan metode dimana aktifitas pendidikan tersebut dapat dilakukan pada waktu yang berbeda atau dalam rentang waktu yang relatif lama atau tak terbatas, seperti forum diskusi melalui e-mail, pengaksesan informasi dalam website.
Perancangan Ujian Dalam Sistem Pendidikan WBT Dalam konsep pendidikan salah satu bagian yang sangat diperlukan adalah ujian, dimana ujian tersebut dapat digunakan sebagai berikut : Pengukur kemampuan pembelajaran dari pelajar Penegasan ataupun pemfokusan atas apa yang sebenarnya harus dan dapat dipelajari oleh pelajar Dapat digunakan sebagai pelajar untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari untuk menyelesaikan sebuah kasus Mengamati berhasil atau tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga pengajar dapat memperbaiki kembali metode pendidikan yang telah ada.
Dalam pendidikan WBT terdapat beberapa cara yang diterapkan dalam pembuatan sistem ujiannya, beberapa pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan dalam perancangan sistem ujian tersebut antara lain seperti jawaban seperti apa yang harus mereka isikan, dan feedback apa yang akan muncul setelah pelajar menjawab pertanyaan yang diberikan. Berikut beberapa cara perancangan sistem ujian beserta keuntungan dan kerugiannya :
Teknik Keuntungan Kerugian - Jawaban akan dikoreksi oleh program yang sudah diterapkan dalam komputer masing-masing pelajar - Jawaban dapat dengan cepat dikoreksi. - Tidak dibutuhkan koneksi internet - Pengajar tidak dapat memantau kemajuan pelajar - Tidak dapat membuat soal essay -Kunci jawaban dapat lebih mudah diketahui oleh pelajar - Jawaban dikirim ke komputer pusat, dan penilaian dilakukan secara langsung dan otomatis. - Pengajar dapat memantau kemajuan pelajar - Jawaban dapat dikoreksi dengan cepat - Membutuhkan koneksi internet - Tidak dapat membuat soal essay - Jawaban dikirimkan melalui ke pengajar melalui email dan pengajar itu sendiri yang akan mengkoreksi. - Dapat membuat bermacam-macam jenis pertanyaan. - Pengajar dapat mentoleransi jawaban - hasil penilaian tergantung oleh situasi pengajar. - Jawaban tidak dapat langsung dikoreksi.
Jenis-jenis Soal Dalam Sistem Ujian WBT Dalam sistem ujian WBT terdapat beberapa jenis soal yang dapat diterapkan, pembuatan soal-soal itu sendiri disesuaikan dengan jenis dari metode pengerjaan dan feedbacknya, berikut beberapa contoh tipe soal tersebut :
Soal benar/salah Soal-soal jenis ini dapat digunakan untuk berbagai jenis pertanyaan seperti berikut : Apakah pernyataan ini benar atau salah?, Apakah prosedur ini dapat dikerjakan atau tidak?, dan Apakah anda menyetujui proposal ini atau tidak?, keuntungan dari soal tersebut adalah adanya jawaban yang jelas benar atau salahnya sehingga bisa langsung dikoreksi oleh sistem dan prlajar pun dapat menerima feedback hasil ujian secara cepat. Sedang kerugiannya dimungkikannya pelajar lebih kearah menebak jawaban ujian, daripada mengerjakan solusi dari permasalahan soal tersebut, juga tidak dimungkinkannya untuk membuat soal kompleks yang membutuhkan jawaban tidak 100% benar atau salah yang tentunya juga membutuhkan sistem pengkoreksi dimana dapat melakukan toleransi terhadap jawaban. Soal pilihan ganda Soal pilihan ganda hampir mirip dengan soal benar/salah, hanya saja dengan lebih banyaknya option jawaban yang disediakan, tentunya akan lebih menyulitkan bagi pelajar untuk menebak sebuah jawaban dari soal tersebut. Soal essay Metode soal ini digunakan untuk pembuatan soal yang kompleks dan bevariasi, dengan artian sebuah soal bisa saja menerima jawaban berbeda-beda anatara satu pelajar dengan pelajar lainnya, ataupun soal yang menghruskan pelajar untuk membuat sebuah makalah yang penilaiannya lebih kearah cara berpikir daripada menebak sebuah jawaban. Soal dengan jenis ini memungkinkan perbedaan logika jawaban antara beberapa pelajar, sehingga toleransi dalam pengkoreksian jawaban sangat dibutuhkan, salam hal ini pengajar yang berwengan untuk melakukan pengkoreksian. Kelemahan dari soal ini adalah adanya waktu tenggang yang tidak bisa dipastikan antara selainya ujian dengan pengkoreksian jawaban, serta dimungkinkannya penilaian yang tidak adil sesuai dengan situasi dan kondisi pengkoreksi.
Pencegahan Kecurangan Dalam Sistem Ujian Dalam suatu ujian dapat saja terjadi kecurangan-kecurangan yang tidak diinginkan, terdapat banyak jenis kecurangan yang mungkin dilakukan dalam ujian tersebut, dan banyak pula jenis pencegahan yang juga dapat dilakukan, dan yang perlu ditekankan untuk pertama kalinya adalah perlunya diketahui alasan-alasan mengapa mereka melakukan kecurangan tersebut, beberapa alasan yang memungkinkan antara lain :
Hasil penilaian ujian yang akan mempengaruhi status pendidikan mereka Kesenangan ataupun hobi dalam melakukan kecurangan Budaya yang menganggap kecurangan bukanlah suatu kesalahan
Dalam sistem ujian WBT persentase kecurangan yang terjadi diperkirakan lebih besar daripada sistem ujian konvensional, kemudahan-kemudahan (dalam hal ini belum bisa dikategorikan sebagai kecurangan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku) yang mungkin saja terjadi dalam sistem ini antara lain :
Kemudahan untuk mengakses referensi Kemudahan untuk saling bekerja sama dengan peserta ujian lainnya
Banyak terdapat metode pencegahan yang memungkinkan dilakukan dalam sistem ujian WBT ini, antara lain :
Pengawasan secara audio dan visual Dalam hal ini pengawasan dilakukan menggunakan teknologi perangkat webcam, dimana ketika ujian berlangsung, peserta diharapkan mengaktifkan webcam meraka sehingga pengawas dapat melihat secara laangsung peserta ujian seperti layaknya pada sistem ujian konvensional, kelemahan dari sistem ini antara lain terbatasnya bandwidth atau lebar koneksi yang belum memungkinnya pengaksesan webcam secara maksimal, serta masih bisa dilakukannya manipulasi terhadap perangkat kamera tersebut. Batasan waktu Diharapkan waktu ujian yang tersedia sesuai dengan perkiraan waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan soal, sehingga peserta ujian tidak mempunyai waktu lebih untuk saling berhubungan, ataupun mengakses bahan-bahan ujian yang mungkin tersedia ditempat lain. Distribusi soal Inti dari distribusi soal ini adalah diharapkan masing-masing peserta ujian akan menerima soal yang berbeda-beda, tetapi hal tersebut dirasa akan memberatkan pihak pengajar, karena dengan 10 nomor soal untuk 10 peserta ujian saja mereka diharuskan membuat 100 nomor soal, sehingga konsep dari distribusi soal terdiri dari dua tahap, yang pertama adalah dilakukannya pengacakan terhadap soal-soal yang telah terbuat, sehingga mungkin saja antara satu peserta dengan peserta lainnya menerima urutan soal yang berbeda, tahap kedua dari distribusi soal ini adalah dibuatnya beberapa soal dalam nomor soal yang sama yang biasa disebut dengan sistem rayonisasi soal. Pendekatan secara kepercayaan Dalam pendekatan ini pengajar diharuskan untuk selalu memotivasi peserta ujian untuk tidak melakukan kecurangan, inti dari pendekatan ini adalah meyakinkan peserta ujian untuk percaya diri atas semua yan telah mereka pelajari, serta meyakinkan mereka bahwa hasil ujian ini justru akan membantu pengembangan arah pendidikan yang sesuai dengan potensi mereka yang sebenarnya.
Implementasi Sistem Ujian WBT Pada dasarnya sistem ujian WBT yang terbuat dibagi menjadi fasilitas utama, yaitu fasilitas untuk pelajar dan fasilitas untuk pengajar :
Fasilitas utama Fasilitas utama adalah menu-menu yang diakses oleh semua pengguna sistem ini baik pengajar maupun pelajar, fasilitas tersebut terdiri dari proses login, sinkronisasi waktu, dan authentikasi pengguna. Proses login merupakan proses untuk menentukan hak akses mereka dalam sistem ini, apakah mereka sebagai pelajar ataupun sebagai pengguna, sedangkan proses sinkronisasi waktu adalah fasilitas jam terpusat, hal ini untuk antisipasi jika terdapat perbedaan waktu antara jam yang ada di sistem pengguna dan jam yang ada di sistem web server, sehingga berapapun selisih jam yang terjadi, persepsi waktu yang ditunjukkan kepada pengguna adalah waktu yang ada pada di sistem pusat, dan proses authentikasi adalah proses untuk melindungi sebuah halaman web tertentu agar hanya bisa diakses oleh pengguna yang memang mempunyai hak akses terhadap halaman yang bersangkutan, sebagai contoh, ditolaknya peserta ujian ketika mengakses halaman untuk pembuatan soal ujian ataupun halaman pengkoreksian ujian. Fasilitas untuk pengajar Dalam sistem ini pengajar mempunyai beberapa wewenang dalam penentuan ujian yang berlaku, diantaranya penentuan waktu ujian, pembuatan soal ujian dan pengkoreksian hasil ujian. 1. Penentuan waktu ujian Proses penentukan waktu ujian inilah yang nantinya digunakan sebagai batasan-batasan waktu sistem ujian WBT, seperti pengajar tidak dapat mengubah komposisi soal ujian, ketika ujian telah dimulai dan pengajar tidak dapat melakukan pengkoreksian ujian ketika ujian yang bersangkutan belum selesai, sedangkan bagi pelajar, batasan waktu ini digunakan agar pelajar tidak dapat mengakses soal-soal ujian ketika ujian belum dimulai, dan pelajar tidak dapat melakukan ujian ataupun tidak dapat mengubah jawaban ujian ketika ujian yang bersangkutan telah selesai.
2. Pembuatan soal ujian Pada proses pembuatan soal ujian, terdapat beberapa parameter-parameter yang harus dimasukkan, antara lain soal ujian itu sendiri, ataukah akan bertipe pilihan ganda dengan option jawaban yang bisa disesuaikan ataupun soal dengan jenis essay, parameter kedua adalah bobot nilai untuk soal ujian itu sendiri, untuk soal dengan jenis pilihan ganda, bobot soal akan menentukan nilai untuk jawaban benar, salah dan kosong, sedang untuk soal dengan jenis essay, bobot soal akan menentukan nilai maksimal yang bisa diberikan terhadap jawaban untuk soal yang bersangkutan. Pada pembuatan soal ini selain dapat dilakukannya penambahan soal untuk nomor lain, juga dapat dilakukannya penambahan soal untuk rayon lain pada nomor yang sama, sehingga distribusi soal untuk peserta ujian akan semakin merata.
Gambar 2. Form pembuatan soal latihan tipe essay
Gambar 3. Form pembuatan soal latihan tipe pilihan ganda
3. Pengkoreksian hasil ujian Pengkoreksian jawaban dilakukan setelah ujian yang bersangkutan telah selesai dan dilakukan hanya terhadap soal dengan jenis essay, karena soal dengan jenis pilihan ganda koreksi dilakukan secara laangsung oleh sistem, pada jenis soal essay nilai maksimal yang bisa diberikan sesuai dengan bobot nilai yang diberikan ketika dilakukan pembuatan terhadap soal tersebut. Pengkoreksian terhadap jawaban tersebut digunakan untuk membentuk grafik distribusi persentase dan distribusi normal nilai ujian mahasiswa terhadap nilai maksimal yang bisa dicapai, yang selanjutnya diharapkan grafik tersebut dapat digunakan sebagai referensi pemberian nilai akhir kuliah terhadapa masing-masing mahasiswa yang mengikuti kuliah tersebut. Grafik distribusi persentase pada dasarnya ditentukan oleh dua parameter, yaitu persentase nilai ujian yang berada pada sumbu x dan jumlah mahasiswa pada masing-masing persentase tersebut yang berada pada sumbu y. Sedangkan grafik distribusi normal juga ditentukan oleh dua parameter, yaitu persentase nilai ujian yang berada pada sumbu x, dan juga probabilitas persentase yang bisa didapat yang akan menentukan sumbu y. Berikut beberapa teori tentang distribusi normal:
2 = (x-)2 f(x) n(x,,) = 1/√(2).e-(1 / 2) [ x- / ]2 = nilai mean / rata-rata = nilai deviasi f(x) = probabilitas persentase n(x,,) = probabilitas pada titik x dengan dan yang telah ditentukan sebelumnya
Gambar 4. Grafik persentase nilai ujian mahasiswa
Gambar 5. Grafik distribusi normal prsentase nilai ujian
Fasilitas untuk pelajar Pada dasarnya fasilitas yang terdapat pada palajar terdiri dari pengacakan distribusi soal dan pengerjaan soal ujian itu sendiri. 1. Pengacakan distribusi soal Pada pengacakan ini terdapat dua tahap, tahap yang pertama adalah pengacakan yang dilakukan pada nomor-nomor soal, sehingga diharapkan peserta ujian akan mendapat urutan soal yang berbeda-beda, sedangkan pengacakan tahap yang kedua adalah pengacakan yang dilakukan terhadap rayon-rayon soal pada nomor yang sama, sehingga diharapkan juga mahasiswa akan mendapat soal yang berbeda ketika ternyata mereka mendapatkan urutan nomor soal yang sama. Berikut contoh tabel pengacakan yang terjadi untuk dua mahasiswa dengan 5 nomor soal dimana setiap soal terdiri dari 3 rayon soal.
Kode mahasiswa Nomor soal Nomor rayon AAA 3 2 AAA 4 2 AAA 1 1 AAA 5 3 AAA 2 1 BBB 2 3 BBB 4 1 BBB 1 3 BBB 3 3 BBB 5 2
2. Pengerjaan soal ujian Metode dari pengerjaan soal ujian adalah tak terurut, dalam hal ini peserta ujian dapat mengerjakan soal ujian sesuai dengan urutan yang mereka kehendaki, hal ini agar peserta ujian dapat mendahulukan soal-soal ujian yang dinilai mempunyai prospek bagus dalam artian kemudahan pengerjaan dan bobot nilai yang sesuai, sehingga diharapkan nilai yang mereka dapatkan akan maksimal. Sesuai dengan distribusi soal yang telah diuraikan sebelumnya, masing-masing mahasiswa dapat saja mempunyai urutan atau bahkan soal yang berbeda sesuai dengan tabel distribusinya, sedangkan bagi pihak pengajar, pengkoreksian ujian akan disesuaikan juga dengan tabel distribusi soal masing-masing mahasiswa.
NAMA : SURIATI NIM : 208011000073 KELAS : IV A NON-REGULER
TUGAS : PROPOSAL PENELITIAN BAB I & BAB II
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada dua teori umum yang berbicara tentang faktor yang paling berpengaruh pada pendidikan seorang manusia: Teori pertama yaitu teori hereditas/ nativisme yang mengusung faham bahwa pendidikan sangat dipengaruh oleh genetika asal muasal seseorang. Teori filsafat Nativisme ini masih membekas di sebagian masyarakat. Arthur Schopenhauer (1788-1860) pelopor dan tokoh filsafat teori ini berpendapat bahwa perkembangan kepribadian hanya ditentukan oleh faktor hereditas. Menurutnya faktor 'bawaan' ini bersifat kodrati dan tidak dapat diubah oleh lingkungan maupun pendidikan. Pendidikan hanyalah upaya untuk merealisasikan potensi ini. Walaupun tidak banyak yang menganut secara mutlak teori ini, karena ada teori-teori lain yang muncul kemudian dan memandang bahwa faktor lingkungan pun berpengaruh selain hereditas, namun aliran nativisme ini cukup diperhatikan dalam dunia pendidikan . Teori kedua yaitu teori empirisme/ tabula rasa yang mengusung faham bahwa pendidikan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Tabula rasa (dari bahasa Latin kertas kosong) merujuk pada pandangan epistemologi bahwa seorang manusia lahir tanpa isi mental bawaan, dengan kata lain "kosong", dan seluruh sumber pengetahuan diperoleh sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat inderanya terhadap dunia di luar dirinya. Umumnya para pendukung pandangan tabula rasa akan melihat bahwa pengalamanlah yang berpengaruh terhadap kepribadian, perilaku sosial dan emosional, serta kecerdasan. Gagasan mengenai teori ini banyak dipengaruhi oleh pendapat John Locke di abad 17. Dalam filosofi Locke, tabula rasa adalah teori bahwa pikiran (manusia) ketika lahir berupa "kertas kosong" tanpa aturan untuk memroses data, dan data yang ditambahkan serta aturan untuk memrosesnya dibentuk hanya oleh pengalaman alat inderanya. Pendapat ini merupakan inti dari empirisme Lockean. Anggapan Locke, tabula rasa berarti bahwa pikiran individu "kosong" saat lahir, dan juga ditekankan tentang kebebasan individu untuk mengisi jiwanya sendiri. Setiap individu bebas mendefinisikan isi dari karakternya - namun identitas dasarnya sebagai umat manusia tidak bisa ditukar. Dari asumsi tentang jiwa yang bebas dan ditentukan sendiri serta dikombinasikan dengan kodrat manusia inilah lahir doktrin Lockean tentang apa yang disebut alami. Namun demikian teori tabularasa memiliki beberapa kelemahan, karena teori ini mengutamakan indera sebagai alat utama memperoleh pengetahuan, maka: 1) indera terbatas misalnya untuk melihat benda yang jauh, 2) indera menipu bagi orang sakit, 3) objek menipu saperti fatamorgana, 4) indera dan objek: tidak bisa melihat gajah secara keseluruhan. Kesimpulannya: empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia. Muhammad Rusli Malik dalam tulisannya juga menemukan beberapa kelemahan teori ini Tabula rasa antara lain: Pertama, setiap anak seharusnya merupakan foto kopi dari mental, pengetahuan dan pilihan-pilihan orang tuanya. Tapi faktanya—dalam kehidupan sehari-hari—kelihatannya tidak selamanya seperti itu. Banyak anak yang menyimpang dari harapan dan cita-cita orang tuanya. Bahkan hanya kurang lebih 25 persen sarjana yang bekerja sesuai disiplin ilmunya. Kedua, seandainya pendapat Locke—yang dituangkannya dalam buku “Thoughts on Education” (1693)—benar maka seharusnya kejahatan semakin lama semakin habis. Atau, paling tidak, secara rata-rata persentasenya kian lama kian menurun. Sebab bukankah tidak ada orang tua yang menghendaki anaknya menjadi amoral dan pelaku kriminal? Tapi kenyataannya, yang terjadi justru sebaliknya. Runtuhnya bangsa-bangsa besar yang pernah menoreh sejarah dengan tinta emas menjadi bukti yang tak terbantahkan mengenai kebenaran teori itu. Bukankah bangsa-bangsa itu hancur setelah mengalami degradasi moral dan dehumanisasi berkepanjangan. Ketiga, seharusnya tidak ada nabi yang anak-anaknya menjadi pendurhaka. Karena pasti tidak ada kesangsian sedikitpun tentang kepiawaian para nabi dan rasul tersebut dalam mendidik anak-anaknya. Mereka bahkan piawai dalam mendidik masyarakat. Sebab kemampuan mereka berada di bawah bimbingan langsung Tuhan. Sayangnya, bukti kongkritnya tidak seperti itu. Anak Nabi Nuh amat jauh dari risalah orang tuanya. Begitu juga salah seorang dari anak nabi Adam, yang bahkan tega membunuh saudara kandungnya sendiri. Padahal anak-naka nabi itu pasti menyaksikan bagaimana wahyu turun dan dipraktekkan langsung oleh orang tua mereka. Mereka dibesarkan dalam kentalnya aroma wahyu ilahi. Dalam perdebatan panjang di kalangan para praktisi pendidikan ataupun pemikir kependidikan, mereka berusaha memadukan kedua teori di atas. Bahkan di kalangan praktisi pendidikan Muslim, ada upaya untuk selalu menghubungkan kedua teori tersebut karena beberapa alasan normativ agama. Antara lain dengan alasan berdasarkan doktrin agama dari hadis Nabi SAW yang berbunyi, عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم : كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه كمثل البهيمة تنتج البهيمة هل ترى فيها جدعاء.[متفق عليه] Dari Abu Huraerah ra. setiap anak yang dilahirkan terlahir dalam keadaan fitrah, adalah kedua ibu bapaknya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana seekor hewab melahirkan hewan (yang serupa) apakah ada perbedaan? (Hadis Muttafaq Alaihi)
Dalil ini menurut mereka sangat mendukung pendapat yang mengatakan bahwa pendidikan seorang manusia sangat dipengaruhi lingkungannya. Sebab binatang yang belang melahirkan binatang yang belang pula. Apakah ada kuda zebra melahirkan kuda putih? Dalam hadis Nabi yang lain disebutkan bahwa, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة ثم يكون علقة مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك ثم يرسل إليه الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر بأربع كلمات بكتب رزقه وأجله وعمله وشقي أو سعيد [جامع العلوم والحكم في شرح خمسين حديثا من جوامع الكلم، أبو الفرج عبد الرحمن بن أحمد بن رجب الحنبلي] Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa “sesungguhnya kalian dibentuk dalam perut ibu kalian 40 hari dari wujud sperma lalu menjadi gumpalan darah, kemudian selama itu pula kemudian menjadi daging, kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya, dan malaikat itu diperintahkan kepadanya untuk menuliskan baginya 4 hal yaitu, rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, balasan baik dan buruknya.”(Jami’ al-Ulum wa al-Hikam fi Syarh Khamsiin Haditsan min Jawami’ al-Kalim, Li Abu Al-Faraj ‘Abd Ar-Rahman ibn Ahmad Ibn Rajab Al-Hanbali).
Dalil ini memberikan pemahaman bahwa manusia sejak dilahirkan telah ditentukan rezekinya, ajalnya, perangainya bahkan akibat akhir yang akan diterimanya di akhirat kelak. Di antara mereka yang berpendapat bahwa pendidikan manusia diperoleh melalui kedua aliran tersebut adalah William Stern seorang ahli psikologi berkebangsaan Jerman. Meski demikian Stern juga berpendapat bahwa manusia itu sendiri dapat mengembangkan potensi dirinya. Hanya terkadang volume pengaruhnya berbeda-beda, satu sama lain saling mendominasi tergantung keadaan dan kecenderung manusia secara objektif. Jadi bagi Stern, manusia itu tidak hanya diperkembangkan tetapi ia juga memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk yang unik. Proses perkembangan manusia tidak hanya oleh faktor pembawaan yang telah ada pada orang itu dan faktor lingkungannya yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia itu sendiri dalam perkembangannya turut menentukan atau memainkan peranan juga. Akan tetapi, penulis tertarik untuk membuat sebuah penelitian tentang pengaruh lingkungan terhadap pendidikan seseorang karena penulis anggap memberi pengaruh yang cukup besar pada seseorang. Judul penelitian penulis adalah: “PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PRESTASI PENDIDIKAN”.
B. Identifikasi Masalah Keberhasilan pendidikan seorang siswa terkadang hanya dinilai metode pembelajaran yang dipakai seorang guru, atau mungkin tingkat intelegensia seorang siswa. Pengaruh teman sebaya, keteladanan guru, orang tua, dan lingkungan tempat ia berada terkadang terlupakan ketika seorang anak telah berhasil menggondol juara atau prestasi tertentu. Oleh karena itu, peneliti akan mengumpulkan sebab-sebab terjadinya hal tersebut yang pada akhirnya nanti akan diteliti sesuai dengan kemampuan peneliti. Adapun masalah yang diidentifikasi penulis adalah sebagai berikit: 1. Bagaimana cara belajar siswa pada sekolah X? 2. Apakah fasilitas belajar mengajar di sekolah X sangat memadai? 3. Apakah suasana dalam keluarga sangat dapat mempengaruhi semangat belajar? 4. Apakah suasana yang kelas dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran ? 5. Apakah media elektrik (TV, internet, videogame) mempengaruhi kualitas pendidikan seseorang? 6. Apakah bahan bacaan sangat berpangaruh pada perilaku?
C. Batasan Masalah Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah, maka penulis memberikan pembatasan masalahnya sebagai berikut: Dalam penelitian ini penulis hanya akan memfokuskan penelitian pada: 1. Siswa pada sekolah X yang berada pada tingkat/ kelas XI dan XII. 2. Pengaruh lingkungan terhadap prestasi pendidikan siswa.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah, yaitu “apakah ada pengaruh lingkungan terhadap prestasi pendidikan siswa?
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan antara lain: 1. Memberikan penjelaskan tentang peranan lingkungan dalam membentuk watak, perilaku, dan prestasi. 2. Memberikan penjelaskan tentang peranan lingkungan sangat dominan dalam meberikan pengaruh terhadap prestasi pendidika siswa.
F. Kegunaan Penelitian Dari penelitian yang di lakukan, penulis berharap hasil penelitian tersebut dapat dipergunakan oleh masyarakat, terutama pada lembaga yang bersangkutan (Sekolah X yang menjadi objek penelitian) sebagai bahan acuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam mendorong siswanya untuk meningkatkan prestasi belajar. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan atau perbandingan bagi penelitian yang setara dengannya.
BAB II KAJIAN TEORI LINGKUNGAN DAN TEORI PENDIDIKAN A. Deskripsi Teoritik Menurut Urie Bronfrenbrenner dan Ann Croufer seperti dikutip Syamsu Yusuf, dikemukakan bahwa lingkungan merupakan “berbagai peristiwa, situasi, atau kondisi, diluar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan invididu”. Lingkungan ini terdiri atas: (a) ‘fisik’, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar janin sebelum lahir sampai kepada rancangan arsitektur suatu rumah, dan (b) ‘sosial’ yaitu meliputi seluruh manusia yang secara profesional mempengaruhi dan dipengahuri oleh perkembangan individu. Hampir senada dengan pengertian di atas J.P. Chaplin mengemukakan bahwa mengemukakan bahwa lingkungan merupakan “keseluruhan aspek organisme individu. Sementara Joe Kathena mengemukakan bahwa lingkungan “merupakan segala sesuatu yang berada di luar individu meliputi fisik dan sosial budaya”. Senada dengan teori emperisme yang dikemukakan oleh John Locke, Menurut aliran ini bahwa pengalaman atau empirik itulah yang menjadi sumber segala pengetahuan yang sebenarnya. Tanpa pengalaman tidak dapat dari lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya dan lingkungan masyarakat. Adapun pengertian pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah “perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang lain dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”. Dalam pengertian sempit menurut Mc Leod, pendidikan berarti ‘perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan’. Selanjutnya menurut Poerbakawatja dan Harahap, pendidikan adalah “usaha secara sengaja dari dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak kekedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya”. Jadi secara luas pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan. Jika dilihat dari teori lingkungan dan teori pendidikan. Maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa lingkungan sangat terkait dengan pendidikan anak. Di mana lingkungan bisa mempengaruhi pendidikan anak baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Baik yang datang dari lingkungan keluarga, sekolah (teman sebaya) maupun dari lingkungan masyarakat. Baik dari organisme (mahkluk hidup) maupun non-organisme (media cetak dan elektrik). Abu Ahmad Zainal Abidin , mengumukakan bahwa peranan keluarga begitu besarnya terhadap anak sehingga Allah SWT menuturkan kisah Nabi Khidir AS dan Musa AS, “Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih, maka Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaan dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Rabbmu dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (Qs. al-Kahfi/18:82). Ibnu Katsir berkata: “Ayat di atas menjadi dalil bahwa keshalihan seseorang berpengaruh kepada anak cucunya di dunia dan akhirat, berkat ketaatan dan syafaatnya kepada mereka, maka mereka terangkat derajatnya di surga agar kedua orang tuanya senang dan berbahagia sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur`ân dan as-Sunnah” Jadi media pendidikan yang paling efektif adalah orangtua, jika ingin meluruskan akhlak anak, maka orang tuanya lah yang terlebih dahulu dirubah. Di sini Abu Ahmad berkesimpulan bahwa beberapa faktor yang sangat berpengaruh dalam pendidikan adalah: a. Rumah. b. Sekolah. c. Media Elektronik dan Cetak (radio dan televisi, internet, telepon, majalah dan cerpen anak, komik dan novel). d. Teman dan Sahabat. e. Jalanan. f. Pembantu dan Tetangga.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Pendidikan anak di jaman modern tidaklah mudah. Di satu sisi memberikan banyak kemajuan teknologi yang memungkinkan anak memperoleh fasilitas serba canggih. Tetapi pada sisi lain tersedianya informasi yang negatif melalui media massa dengan teknologi yang sulit untuk dihindari. Oleh karena itu peranan lingkungan, baik itu keluarga, sekolah, maupun masyarakat haruslah nmengantisipasi agar anak-anak tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif akibat dari perkembangan teknologi. Menurut hasil penelitian Drs. Yadi Purwanto, MM , sejalan dengan teori John Loccke, bahwa lingkungan sangat berpengaruh bagi pendidikan anak, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Keluarga yang merupakan lingkungan pengaruh inti. Setelah sekolah dan masyarakat, keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun orang tua dan orang terdekat. Sebagian ahli menyebutkan bahwa pengaruh keluarga amat besar terhadap pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktek serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak. Selanjutnya lingkungan kedua adalah masyarakat atau lingkungan pergaulan anak. Lingkungan buruk sering terjadi di sekitar anak misalnya “kelompok pengangguran” bagi mereka perkatan jorok dan kasar adalah hal yang lumrah. Ahmad Zainal juga membenarkan bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak. Dalam hal ini keshalihan orang tua sangat mempengaruhi anak sebagaimana dikemukakan di awal pada kisah Nabi Khidir AS. dan Musa AS.
C. Kerangka Berfikir Terbentuknya perilaku buruk pada seseorang bermula dari pengaruh buruk yang diperolehnya dari lingkungannya seperti kisah pembunuh yang telah menghilangkan 99 nyawa. Akan tetapi nasihat seorang ulama yang memintanya bertaubat menyadarkannya dan ia meninggalkan lingkungan kelam yang telah lama dilakoninya. Oleh sebab itu orangtua wajib mencari lingkungan yang bagus bagi anak-anaknya serta berusaha menciptakan suasana yang harmonis dan islami dalam keluarganya dengan menegakkan sunnah Nabi SAW. Apabila hal tersebut terabaikan maka akan muncul akses negatif pada perilaku anak. Indikasi ke arah negatif dapat dilihat misalnya: a. Apabila anak lebih banyak menghabiskan waktunya pada televisi pada jam-jam belajar atau beribadah. b. Apabila anak mulai menyukai kegiatan luar rumah pada jam-jam belajar di rumah atau pada jam kumpul keluarga kepada kegiatan non-belajar seperti main game, jalan-jalan ke mal dan sebagainya. c. Anak mulai ketagihan dengan hal-hal yang tidak mengarah kepada pencerdasan diri. Pada saat yang sama lingkungan sekolah harus mendukung upaya pemenuhan kebutuhan rohani siswa (afektif) dan tidak berfokus hanya pada kegiatan peningkatan kemampuan koginitif siswa. Dengan demikian sekolah dapat membentengi siswa dari pengaruh negatif di luar dirinya baik dari temannya atau lingkungan di luar sekolah dan rumah. Dan juga sangat diharapkan bahwa perilaku keteladanan guru dapat mempengaruhi akhlak siswa. Karena bagaimanapun aspek keteladanan adalah upaya yang baik untuk merubah perilaku seseorang. Dalam bentuk sederhana, kerangka berfikir ini dapat di susun sebagai berikut:
D. Hipotesis Penelitian Jadi hipotesis yang ingin dibuktikan penelitian ini adalah adanya korelasi pengaruh lingkungan terhadap pendidikan seseorang. Atau H0 = negatif dan H1 = positif. Artinya hipotesis yang menganggap lingkungan tidak memiliki korelasi dapat dibantah sebaliknya korelasi pengaruh lingkungan terhadap pendidikan dapat dibuktikan.
Dosen Metodologi Penelitian pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta
4 komentar:
aSsLmu'aLaikum,,
Bu saya sudah buka blog ibu
wsLm..
NAMA : FIFI FITRIYAH
NIM : 206018200196
HP :085782574104
BAB I
A. PENDAHULUAN
Kurikulum yang berorientasi pada materi dan tujuan sekarang nampaknya sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan jaman. Perlu ditambahkan satu pemikiran lain, yaitu bagaimana memproses hasil belajar berupa konsep dan fakta yang diperoleh itu untuk mengembangkan diri, untuk menemukan sesuatu yang baru. Dengan fakta dan konsep yang yang tidak banyak, tapi dipahami betul, dapat diproses untuk menguasai dan atau menemukan fakta dan konsep yang lebih banyak. Justru membuat konsep dan fakta yang terlalu banyak dapat menghambat kreatifitas siswa.
Perkembangan baru terhadap pandangan pelaksanaan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya, karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peran dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Salah satu peran guru dalam proses belajar mengajar adalah evaluator. Dalam satu kali proses belajar mengajar, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penlaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa, di dalam kelas ataupun kelompoknya. Dengan penilaian guru, dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk siswa yang pandai, sedang kurang, atau cukup baik di kelasnya bila dibandingkan dengan teman-temannya. Penelaahan pencapaian tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat diketahui, apakah proses belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya.
Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar. Salah satu penilaian yang dapat dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah penilaian keterampilan proses. Dalam fungsinya sebagai penilaian hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan terus menerus ditingakatkan untuk memperoleh hasil yang optimal
Maka dengan adanya Feed Back itupun proses Pembelajaran nyata itu Terpenuhi dengan baik dan diharapkan bisa mendekati tingkat Ketuntasan Minimal, sehingga bisa memenuhi Standar yang telah ditentukan oleh pemerintah bahkan bisa melebihi strandar yang telah ditentukan karena standar yang telah ditentukan oleh pemerintah berdasarkan kemampuan minimum selutuh Lembaga Pendidikan di Indonesia Baik itu dari Desa, kota, Terpencil ataupun sedah Meluas dalam perkembangannya.
B. Masalah Penelitian
Bagaimana Efektifitas pembelajaran IPA-FISIKA yang terjadi di Sekolah MTsN Tenggarong Kabupaten Karta negara Tahun Pembelajaran 2007/2008 ?
C. Keterbatasan
Mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian peristiwa yang dirancang oleh guru dalam memberikan dorongan kepada siswa belajar. Belajar bersifat individual dan sebagai pendorong setiap siswa memperoleh pengaruh dari luar dalam proses belajar dengan kadar yang berbeda-beda, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karena itu hasil belajarpun berbeda-beda.
Meskipun pengaruh pengajaran yang diterima bersifat individual tetapi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan secara kelompok (klasikal), namun guru tetap dituntut bagaimana siswa dapat belajar secara optimal sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing siswa.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka dalam pendidikan sudah saatnya meninggalkan cara belajar yang tradisional. Begitu pula cara mengajar yang konvensional. Proses belajar DDCH (Duduk, Dengar, Catat, dan Hafal) dinilai tidak efektif dan efisien untuk membina siswa menjadi manusia kreatif kelak.
Belajar yang optimal dapat dicapai bila siswa aktif dibawah bimbingan guru yang aktif pula. Cara dalam mengaktifkan siswa belajar salah satunya adalah konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif – Student Active Learning).
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) pada hakekatnya merupakan suatu konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar baik dilakukan oleh guru maupun siswa . Jadi dalam CBSA tampak jelas adanya guru aktif mengajar disatu pihak, dan siswa aktif belajar di lain pihak. Konsep ini bersumber dari teori kurikulum yang berpusat pada anak (Child Centered Curriculum). Penerapannya berlandaskan kepada teori belajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami untuk memperoleh pemahaman atau insight (teori gestalt). (Muhamad Ali, 1983 :68).
Dengan perkataan lain, keaktifan dalam CBSA mengarah keaktifan mental, meskipun untuk mencapai ini dalam banyak hal dipersyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai hal atau bentuk keaktifan fisik. (Raka Joni, 1980 : 20).
Salah satu pendekatan pengajaran yang mempunyai kadar CBSA tinggi dalam pengajaran IPA adalah pendekatan keterampilan proses, pendekatan ini merupakan penyempurnaan dari pendekatan faktual dan pendekatan konsep. Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah kepada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Pendekatan keterampilan proses sebagai pendekatan yang menekankan pada pertumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik agar mereka mampu memproses informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun pengembangan sikap dan nilai. (Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, 2000 : 77-78).
Sejalan dengan asumsi di atas, maka belajar-mengajar dipandang sebagai suatu proses yang harus dialami oleh setiap peserta didik atau siswa. Belajar mengajar tidak hanya menekankan kepada apa yang dipelajari, tetapi juga menekankan bagaimana ia harus belajar. Para guru dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi, kemampuan dan keterampilan-keterampilan peserta didik sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya. Dalam hal ini kami Menemukan Keterbatasan Permasalah yang kami hadapi untuk di bahas secara keseluruhan dan kami Melihat adanya Sampling yang Acak-acakan tidak Sesuai dengan Kebutuhan Penelitian.
Dan kemudian adanya Sampling yang bias sehingga tidak bisa kamo terjemahkan secara Sempura yang kesemuanya tiu emnjadikan Penelitian Kami menjadi tidak sempurana seperti yang diinginkan.
D. Definisi Istilah
Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam” yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “Natural Science” atau “Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau sangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.(Srini M. Iskandar, 1997:2).
Mata Pelajaran Fisika di SLTP merupakan perluasan dan pendalaman IPA di Sekolah Dasar (SD) dan sebagai dasar untuk mempelajari perilaku benda dan energi serta keterkaitan antara konsep dan penerapannya dalam kehidupan nyata. Pembelajaran IPA di SLTP menurut kurikulum 1994 edisi revisi 1999 bertujuan agar siswa dapat:
1. Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan kebanggaan nasional, dan kebesaran serta kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa,
2. Memahami konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya,
3. Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari,
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep IPA dan menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah,
5. Menerapkan konsep dan prinsip IPA untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia,
6. Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah.
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampilan, wawasan, dan kesadaran teknologi yang berkaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari dan prasyarat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah serta peningkatan kesadaran terhadap kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Mata pelajaran Fisika SLTP, konsep dan sub konsep dipelajari melalui penelitian sederhana, percobaan dan sejumlah kegiatan praktis dengan fokus pada pengembangan keterampilan proses.
Mengenai apa itu fisika dapat diambil definisi yang telah ditulis oleh Herbert Druxes, et al, (1986:3) fisika adalah :
1. Pelajaran tentang kejadian dalam alam, yang menungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis, dan berdasarkan peraturan-peraturan umum (Brockhaus 1972);
2. Suatu uraian tertutup tentang semua kejadian fisikalis yang berdasarkan beberapa hukum dasar (Brand/Dahmen 1977);
3. Wu Li, kata dalam bahasa Cina untuk fisika dengan lima arti: struktur energi organik – jalan saya – omong kosong – berpegang pada gambaran tertentu – penerangan (Zukov 1981);
4. Apa yang dikerjakan oleh para ahli fisika (beberapa buku pelajaran baru, misalnya Orear 1973);
5. Suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana-sederhananya dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya. Persyaratan dasar untuk pemecahan persoalannya ialah mengamati gejala-gejala tersebut (Gerthsen 1958);
6. Teori peramalan alternatif-alternatif yang secara empiris (dengan percobaan) dapat dibeda-bedakan (Wizsacher 1979).
Selanjutnya Herbert Druxes et al, mengemukakan bahwa fisika meng uraikan dan menganalisa struktur dan pristiwa-peristiwa alam, teknik, dan dunia sekeliling kita. Dalam pada itu itu akan ditemukan atauran-aturan atau hukum-hukum dalam alam, yang dapat menerangkan gejala-gejalanya berdasarkan struktur logika antara sebab dan akibat. Dalam pada itu eksperimen atau percobaan merupakan alat bantu yang sangat penting. Struktur ilmiah fisika, dalam pada itu, menyusun atau membentuk pengertian , hubungan antara pengertian, prinsip, dan hukum yang berlaku secara umum.
Jadi secara keseluruhan, fisika dapat dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha menguraikan serta menjelaskan hukum alam dan kejadian-kejadian alam dengan gambaran menurut pemikiran manusia. (Herbert Druxes, et al, 1986: 12).
Masalah pelajaran fisika di sekolah-sekolah pendidikan umum oleh Herbert Druxes, et al (1986:27) diuraikan secara singkat :
a) Fisika “tidak disukai” yaitu masih banyak dipertanyakan kegunaan hasil fisika bagi manusia, anggapan fisika sebagai ilmu pengalaman terurai secara murni sehingga hasil dan pernyataannya juga dianggap tidak mempunyai arti dalam gambaran dunia,
b) Fisika itu berat, yaitu adanya pengertian dan model yang hampir tak ada hubungannya dengan dunia kita yang dapat diindera dan diamati. Sebagai contoh, untuk menjelaskan dalam menjelaskan gejala relativitas, orang berbicara tentang pelbagai partikel elementer, yang terdiri atas kuark dan gluon, bahan ini termasuk ke dalam “keluarga-keluarga” tertentu dan mempunyai sifat-sifat yang “khas” dan membuatnya abstrak, tak tampak.
c) Pelajaran fisika tidak “aktual” yaitu pelajaran fisika tidak memuat rencana yang peristiwa-peristiwa fisika yang sedang terjadi . Misalnya dalam surat kabar terdapat berita tentang penyediaan energi dan kekurangannya, tentang energi inti dan tenaga atom, tentang radioaktivitas dan pencemaran CO2 dalam atmosfer., Pelajaran fisika baru aktual bila siswa menyadari bahwa mereka dengan yang dipelajari itu dapat mulai dengan sesuatu dalam pekerjaan dan waktu senggang,
d) Pelajaran fisika itu eksperimental yaitu pelajaran fisika oleh guru harus dibarengi dengan percobaan di depan kelas dan dilaboratorium oleh siswa. Dengan demikian terdapat pemberatan cukup besar bagi pengajar/guru.
Jumat, 2009 April 10
Islamic Research
Nama : Dawam Manfaluthi
Jur/smt : PAI/IV A Extension
Catatan : Assalamu'alaikum Wr.Wb. Maaf bu saya telat mengerjakan tugas, ini tugas saya bu saya ambil dari goggle, apabila ada kesalahan mohon dikoreksi. makasih
Latar Belakang Masalah
Masusia memang tidak dapat dipisahkan dengan segala keaktifannya, baik yang membutuhkan perpindahan tempat yang relatif jauh maupun yang tidak begitu jauh. Hal tersebut kadang menyebabkan terganggunya jadwal kegiatan yang seharusnya dapat mereka kerjakan sesuai waktu dan tempat yang telah ditetapkan, seperti dalam hal ujian perkuliahan. Berdasarkan hal tersebutlah penulis mencoba menciptakan metode ujian yang lebih fleksibel terhadap tempat pengerjaan, dalam hal ini metode ujian yang dapat diakses dari berbagai tempat dalam suatu rentang waktu yang telah ditentukan.
Seperti telah diketahui bahwa awalnya konsep dari suatu pendidikan adalah terbentuknya suatu komunitas dimana mereka berkumpul pada waktu dan tempat yang sama serta saling bertukar informasi, konsep tersebut sedikit berubah seiring dengan berjalannya waktu, media informasi lain seperti surat, koran, radio, televisi, internet merupakan beberapa contoh media untuk mendapatkan informasi yang tidak mengharuskan bagi mereka untuk berada pada suatu tempat dan waktu yang sama lagi.
Seperti bidang-bidang lainnya, bidang pendidikan pun dapat memanfaatkan internet sebagai sarana interaksi dalam sistem perkuliahan, baik pengaksesan materi, diskusi, pengerjaan ujian, dan kegiatan lainnya, yang selanjutnya disebut dengan sistem pendidikan jarak jauh, dalam hal ini sistem pendidikan jarak jauh yang difokuskan adalah sebuah sistem yang memanfaatkan metode web sebagai sarana interaksi perkuliahannya, khususnya sistem ujian.
Pada perkembangannya, suatu website digunakan tidak hanya sebagai pusat informasi, melainkan juga digunakan sebagai media interaksi beberapa pengguna, sebagai contoh, suatu pengguna dapat memberi masukan ke suatu website, dimana masukan tersebut akan mempengaruhi informasi yang nantinya akan diakses oleh pengguna lain.
Untuk mewujudkan suatu layanan web seperti yang diutarakan diatas, sistem yang dibuat minimal terdiri dari web server, bahasa pemrograman untuk dynamic website, dan database sebagai sarana penyimpanan data-data. Dalam hai ini web server digunakan untuk melayani segala proses pengadaan file-file yang digunakan untuk website, sampai pengaturan koneksi client-server, sedang bahasa pemrograman dynamic website digunakan sebagai dasar pembuatan halaman-halaman website yang dinamis yang berarti halaman tersebut dapat berinteraksi dengan pengguna ataupun layanan lainnya, seperti database ataupun file, sehingga secara tidak langsung halaman itu juga berfungsi sebagai penjembatan antara aksi yang dilakukan oleh pengguna atau pengakses website dengan akibat yang akan diterapkan terhadap layananan lainnya, misalkan database, Database itu sendiri dalam sistem ini dkan digunakan sebagai sarana penyimpanan data secara terstruktur, dalam hal ini adalah media penyimpan yang dapat diketahui relasi atau hubungan antara beberapa data lainnya yang bertipe sama.
Gambar 1. Proses secara umum yang terjadi pada sistem
Konsep Web Based Training
Kini setelah internet merupalan teknologi yang memasyarakat, konsep pendidikan dapat dilakukan dengan lebih mudah, mereka dapat saling berinteraksi untuk mengirim ataupun mencari informasi dengan lebih efektif dan efisien, salah satu contoh konsep yang dapat dilakukan adalah Web Based Training yang selanjutnya disebut dengan WBT, WBT adalah suatu sistem dimana semua bagian dari pendidikan mulai dari bahan informasi, diskusi dan ujian diterapkan melalui teknologi layanan web.
Berikut tabel perbandingan beberapa kegiatan-kegiatan dalam sistem pendidikan konvensional yang dapat dilakukan dalam sistem pendidikan WBT
Sistem konvensional WBT
Mendengarkan kuliah, debat, wawancara, pidato, diskusi Webcam (kamera web yang meliputi gambar dan suara), multimedia conference.
Konsultasi E-mail, mailing list,
Bahan-bahan presentasi, buku referensi Dapat dibentuk dalam file-file .pdf, .ppt, .doc
Ujian tertulis Fasilitas form web (fasilitas web dimana pengguna dapat memberikan balasan ke sistem tsb).
Dalam pembuatannya banyak aspek yang menentukan metode dan tipe dari pembentukan WBT itu sendiri, beberapa contoh aspek tersebut yang pertama adalah Instructor-led dan Learner-led. Dalam konsep Instructor-led, jadwal dan urutan bahan pendidikan sudah ditentukan dari awal oleh pengajar, pelajar tidak mempunyai pilihan untuk menentukan metode yang mereka inginkan dari pembelajaran tersebut, sedangkan dalam konsep Learner-led, pelajar mempunyai pilihan-pilihan untuk menentukan metode pembelajaran seperti forum diskusi, chat-session, serta urutan bahan yang ingin mereka pelajari terlebih dahulu.
Berikut beberapa perbedaan keuntungan dari kedua konsep diatas :
Instructor-led Learner-led
Pengajar dapat menjelaskan dengan lebih baik pertanyaan-pertanyaan ataupun pemecahan masalah dari bahan-bahan yang dibuat Pelajar dapat lebih merasakan manfaat dari pembelajaran yang mereka inginkan
Pengajar dapat menentukan bahan-bahan yang akan diajarkan, sehingga itu akan lebih memudahkan pengajar dalam mengatur pembelajaran. Pelajar tidak tergantung dengan jadwal-jadwal yang telah dibuat oleh pengajar, sehingga akan lebih fleksibel
Penilaian ujian dapat lebih mudah dilakukan Tidak ada pelajar yang merasa “tertinggal” oleh pelajar lain dalam pembelajaran, sehingga mereka merasa percaya diri atas apa yang telah mereka dapatkan
Aspek yang kedua adalah asynchronous dan synchronous, dimana aspek tersebut akan menentukan metode aktifitas pelajar. Synchronous berarti semua aktifitas pendidikan dikerjakan secara bersamaan atau dalam rentang waktu yang relatif kecil, seperti chat-session dan webcam, sedangkan asynchronous merupakan metode dimana aktifitas pendidikan tersebut dapat dilakukan pada waktu yang berbeda atau dalam rentang waktu yang relatif lama atau tak terbatas, seperti forum diskusi melalui e-mail, pengaksesan informasi dalam website.
Perancangan Ujian Dalam Sistem Pendidikan WBT
Dalam konsep pendidikan salah satu bagian yang sangat diperlukan adalah ujian, dimana ujian tersebut dapat digunakan sebagai berikut :
Pengukur kemampuan pembelajaran dari pelajar
Penegasan ataupun pemfokusan atas apa yang sebenarnya harus dan dapat dipelajari oleh pelajar
Dapat digunakan sebagai pelajar untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari untuk menyelesaikan sebuah kasus
Mengamati berhasil atau tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga pengajar dapat memperbaiki kembali metode pendidikan yang telah ada.
Dalam pendidikan WBT terdapat beberapa cara yang diterapkan dalam pembuatan sistem ujiannya, beberapa pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan dalam perancangan sistem ujian tersebut antara lain seperti jawaban seperti apa yang harus mereka isikan, dan feedback apa yang akan muncul setelah pelajar menjawab pertanyaan yang diberikan.
Berikut beberapa cara perancangan sistem ujian beserta keuntungan dan kerugiannya :
Teknik Keuntungan Kerugian
- Jawaban akan dikoreksi oleh program yang sudah diterapkan dalam komputer masing-masing pelajar - Jawaban dapat dengan cepat dikoreksi.
- Tidak dibutuhkan koneksi internet - Pengajar tidak dapat memantau kemajuan pelajar
- Tidak dapat membuat soal essay
-Kunci jawaban dapat lebih mudah diketahui oleh pelajar
- Jawaban dikirim ke komputer pusat, dan penilaian dilakukan secara langsung dan otomatis. - Pengajar dapat memantau kemajuan pelajar
- Jawaban dapat dikoreksi dengan cepat - Membutuhkan koneksi internet
- Tidak dapat membuat soal essay
- Jawaban dikirimkan melalui ke pengajar melalui email dan pengajar itu sendiri yang akan mengkoreksi. - Dapat membuat bermacam-macam jenis pertanyaan.
- Pengajar dapat mentoleransi jawaban - hasil penilaian tergantung oleh situasi pengajar.
- Jawaban tidak dapat langsung dikoreksi.
Jenis-jenis Soal Dalam Sistem Ujian WBT
Dalam sistem ujian WBT terdapat beberapa jenis soal yang dapat diterapkan, pembuatan soal-soal itu sendiri disesuaikan dengan jenis dari metode pengerjaan dan feedbacknya, berikut beberapa contoh tipe soal tersebut :
Soal benar/salah
Soal-soal jenis ini dapat digunakan untuk berbagai jenis pertanyaan seperti berikut : Apakah pernyataan ini benar atau salah?, Apakah prosedur ini dapat dikerjakan atau tidak?, dan Apakah anda menyetujui proposal ini atau tidak?, keuntungan dari soal tersebut adalah adanya jawaban yang jelas benar atau salahnya sehingga bisa langsung dikoreksi oleh sistem dan prlajar pun dapat menerima feedback hasil ujian secara cepat.
Sedang kerugiannya dimungkikannya pelajar lebih kearah menebak jawaban ujian, daripada mengerjakan solusi dari permasalahan soal tersebut, juga tidak dimungkinkannya untuk membuat soal kompleks yang membutuhkan jawaban tidak 100% benar atau salah yang tentunya juga membutuhkan sistem pengkoreksi dimana dapat melakukan toleransi terhadap jawaban.
Soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda hampir mirip dengan soal benar/salah, hanya saja dengan lebih banyaknya option jawaban yang disediakan, tentunya akan lebih menyulitkan bagi pelajar untuk menebak sebuah jawaban dari soal tersebut.
Soal essay
Metode soal ini digunakan untuk pembuatan soal yang kompleks dan bevariasi, dengan artian sebuah soal bisa saja menerima jawaban berbeda-beda anatara satu pelajar dengan pelajar lainnya, ataupun soal yang menghruskan pelajar untuk membuat sebuah makalah yang penilaiannya lebih kearah cara berpikir daripada menebak sebuah jawaban.
Soal dengan jenis ini memungkinkan perbedaan logika jawaban antara beberapa pelajar, sehingga toleransi dalam pengkoreksian jawaban sangat dibutuhkan, salam hal ini pengajar yang berwengan untuk melakukan pengkoreksian.
Kelemahan dari soal ini adalah adanya waktu tenggang yang tidak bisa dipastikan antara selainya ujian dengan pengkoreksian jawaban, serta dimungkinkannya penilaian yang tidak adil sesuai dengan situasi dan kondisi pengkoreksi.
Pencegahan Kecurangan Dalam Sistem Ujian
Dalam suatu ujian dapat saja terjadi kecurangan-kecurangan yang tidak diinginkan, terdapat banyak jenis kecurangan yang mungkin dilakukan dalam ujian tersebut, dan banyak pula jenis pencegahan yang juga dapat dilakukan, dan yang perlu ditekankan untuk pertama kalinya adalah perlunya diketahui alasan-alasan mengapa mereka melakukan kecurangan tersebut, beberapa alasan yang memungkinkan antara lain :
Hasil penilaian ujian yang akan mempengaruhi status pendidikan mereka
Kesenangan ataupun hobi dalam melakukan kecurangan
Budaya yang menganggap kecurangan bukanlah suatu kesalahan
Dalam sistem ujian WBT persentase kecurangan yang terjadi diperkirakan lebih besar daripada sistem ujian konvensional, kemudahan-kemudahan (dalam hal ini belum bisa dikategorikan sebagai kecurangan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku) yang mungkin saja terjadi dalam sistem ini antara lain :
Kemudahan untuk mengakses referensi
Kemudahan untuk saling bekerja sama dengan peserta ujian lainnya
Banyak terdapat metode pencegahan yang memungkinkan dilakukan dalam sistem ujian WBT ini, antara lain :
Pengawasan secara audio dan visual
Dalam hal ini pengawasan dilakukan menggunakan teknologi perangkat webcam, dimana ketika ujian berlangsung, peserta diharapkan mengaktifkan webcam meraka sehingga pengawas dapat melihat secara laangsung peserta ujian seperti layaknya pada sistem ujian konvensional, kelemahan dari sistem ini antara lain terbatasnya bandwidth atau lebar koneksi yang belum memungkinnya pengaksesan webcam secara maksimal, serta masih bisa dilakukannya manipulasi terhadap perangkat kamera tersebut.
Batasan waktu
Diharapkan waktu ujian yang tersedia sesuai dengan perkiraan waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan soal, sehingga peserta ujian tidak mempunyai waktu lebih untuk saling berhubungan, ataupun mengakses bahan-bahan ujian yang mungkin tersedia ditempat lain.
Distribusi soal
Inti dari distribusi soal ini adalah diharapkan masing-masing peserta ujian akan menerima soal yang berbeda-beda, tetapi hal tersebut dirasa akan memberatkan pihak pengajar, karena dengan 10 nomor soal untuk 10 peserta ujian saja mereka diharuskan membuat 100 nomor soal, sehingga konsep dari distribusi soal terdiri dari dua tahap, yang pertama adalah dilakukannya pengacakan terhadap soal-soal yang telah terbuat, sehingga mungkin saja antara satu peserta dengan peserta lainnya menerima urutan soal yang berbeda, tahap kedua dari distribusi soal ini adalah dibuatnya beberapa soal dalam nomor soal yang sama yang biasa disebut dengan sistem rayonisasi soal.
Pendekatan secara kepercayaan
Dalam pendekatan ini pengajar diharuskan untuk selalu memotivasi peserta ujian untuk tidak melakukan kecurangan, inti dari pendekatan ini adalah meyakinkan peserta ujian untuk percaya diri atas semua yan telah mereka pelajari, serta meyakinkan mereka bahwa hasil ujian ini justru akan membantu pengembangan arah pendidikan yang sesuai dengan potensi mereka yang sebenarnya.
Implementasi Sistem Ujian WBT
Pada dasarnya sistem ujian WBT yang terbuat dibagi menjadi fasilitas utama, yaitu fasilitas untuk pelajar dan fasilitas untuk pengajar :
Fasilitas utama
Fasilitas utama adalah menu-menu yang diakses oleh semua pengguna sistem ini baik pengajar maupun pelajar, fasilitas tersebut terdiri dari proses login, sinkronisasi waktu, dan authentikasi pengguna.
Proses login merupakan proses untuk menentukan hak akses mereka dalam sistem ini, apakah mereka sebagai pelajar ataupun sebagai pengguna, sedangkan proses sinkronisasi waktu adalah fasilitas jam terpusat, hal ini untuk antisipasi jika terdapat perbedaan waktu antara jam yang ada di sistem pengguna dan jam yang ada di sistem web server, sehingga berapapun selisih jam yang terjadi, persepsi waktu yang ditunjukkan kepada pengguna adalah waktu yang ada pada di sistem pusat, dan proses authentikasi adalah proses untuk melindungi sebuah halaman web tertentu agar hanya bisa diakses oleh pengguna yang memang mempunyai hak akses terhadap halaman yang bersangkutan, sebagai contoh, ditolaknya peserta ujian ketika mengakses halaman untuk pembuatan soal ujian ataupun halaman pengkoreksian ujian.
Fasilitas untuk pengajar
Dalam sistem ini pengajar mempunyai beberapa wewenang dalam penentuan ujian yang berlaku, diantaranya penentuan waktu ujian, pembuatan soal ujian dan pengkoreksian hasil ujian.
1. Penentuan waktu ujian
Proses penentukan waktu ujian inilah yang nantinya digunakan sebagai batasan-batasan waktu sistem ujian WBT, seperti pengajar tidak dapat mengubah komposisi soal ujian, ketika ujian telah dimulai dan pengajar tidak dapat melakukan pengkoreksian ujian ketika ujian yang bersangkutan belum selesai, sedangkan bagi pelajar, batasan waktu ini digunakan agar pelajar tidak dapat mengakses soal-soal ujian ketika ujian belum dimulai, dan pelajar tidak dapat melakukan ujian ataupun tidak dapat mengubah jawaban ujian ketika ujian yang bersangkutan telah selesai.
2. Pembuatan soal ujian
Pada proses pembuatan soal ujian, terdapat beberapa parameter-parameter yang harus dimasukkan, antara lain soal ujian itu sendiri, ataukah akan bertipe pilihan ganda dengan option jawaban yang bisa disesuaikan ataupun soal dengan jenis essay, parameter kedua adalah bobot nilai untuk soal ujian itu sendiri, untuk soal dengan jenis pilihan ganda, bobot soal akan menentukan nilai untuk jawaban benar, salah dan kosong, sedang untuk soal dengan jenis essay, bobot soal akan menentukan nilai maksimal yang bisa diberikan terhadap jawaban untuk soal yang bersangkutan.
Pada pembuatan soal ini selain dapat dilakukannya penambahan soal untuk nomor lain, juga dapat dilakukannya penambahan soal untuk rayon lain pada nomor yang sama, sehingga distribusi soal untuk peserta ujian akan semakin merata.
Gambar 2. Form pembuatan soal latihan tipe essay
Gambar 3. Form pembuatan soal latihan tipe pilihan ganda
3. Pengkoreksian hasil ujian
Pengkoreksian jawaban dilakukan setelah ujian yang bersangkutan telah selesai dan dilakukan hanya terhadap soal dengan jenis essay, karena soal dengan jenis pilihan ganda koreksi dilakukan secara laangsung oleh sistem, pada jenis soal essay nilai maksimal yang bisa diberikan sesuai dengan bobot nilai yang diberikan ketika dilakukan pembuatan terhadap soal tersebut.
Pengkoreksian terhadap jawaban tersebut digunakan untuk membentuk grafik distribusi persentase dan distribusi normal nilai ujian mahasiswa terhadap nilai maksimal yang bisa dicapai, yang selanjutnya diharapkan grafik tersebut dapat digunakan sebagai referensi pemberian nilai akhir kuliah terhadapa masing-masing mahasiswa yang mengikuti kuliah tersebut.
Grafik distribusi persentase pada dasarnya ditentukan oleh dua parameter, yaitu persentase nilai ujian yang berada pada sumbu x dan jumlah mahasiswa pada masing-masing persentase tersebut yang berada pada sumbu y.
Sedangkan grafik distribusi normal juga ditentukan oleh dua parameter, yaitu persentase nilai ujian yang berada pada sumbu x, dan juga probabilitas persentase yang bisa didapat yang akan menentukan sumbu y.
Berikut beberapa teori tentang distribusi normal:
2 = (x-)2 f(x)
n(x,,) = 1/√(2).e-(1 / 2) [ x- / ]2
= nilai mean / rata-rata
= nilai deviasi
f(x) = probabilitas persentase
n(x,,) = probabilitas pada titik x dengan dan yang telah ditentukan sebelumnya
Gambar 4. Grafik persentase nilai ujian mahasiswa
Gambar 5. Grafik distribusi normal prsentase nilai ujian
Fasilitas untuk pelajar
Pada dasarnya fasilitas yang terdapat pada palajar terdiri dari pengacakan distribusi soal dan pengerjaan soal ujian itu sendiri.
1. Pengacakan distribusi soal
Pada pengacakan ini terdapat dua tahap, tahap yang pertama adalah pengacakan yang dilakukan pada nomor-nomor soal, sehingga diharapkan peserta ujian akan mendapat urutan soal yang berbeda-beda, sedangkan pengacakan tahap yang kedua adalah pengacakan yang dilakukan terhadap rayon-rayon soal pada nomor yang sama, sehingga diharapkan juga mahasiswa akan mendapat soal yang berbeda ketika ternyata mereka mendapatkan urutan nomor soal yang sama.
Berikut contoh tabel pengacakan yang terjadi untuk dua mahasiswa dengan 5 nomor soal dimana setiap soal terdiri dari 3 rayon soal.
Kode mahasiswa Nomor soal Nomor rayon
AAA 3 2
AAA 4 2
AAA 1 1
AAA 5 3
AAA 2 1
BBB 2 3
BBB 4 1
BBB 1 3
BBB 3 3
BBB 5 2
2. Pengerjaan soal ujian
Metode dari pengerjaan soal ujian adalah tak terurut, dalam hal ini peserta ujian dapat mengerjakan soal ujian sesuai dengan urutan yang mereka kehendaki, hal ini agar peserta ujian dapat mendahulukan soal-soal ujian yang dinilai mempunyai prospek bagus dalam artian kemudahan pengerjaan dan bobot nilai yang sesuai, sehingga diharapkan nilai yang mereka dapatkan akan maksimal.
Sesuai dengan distribusi soal yang telah diuraikan sebelumnya, masing-masing mahasiswa dapat saja mempunyai urutan atau bahkan soal yang berbeda sesuai dengan tabel distribusinya, sedangkan bagi pihak pengajar, pengkoreksian ujian akan disesuaikan juga dengan tabel distribusi soal masing-masing mahasiswa.
Gambar 6. Proses pengerjaan soal-soal ujian
NAMA : SURIATI
NIM : 208011000073
KELAS : IV A NON-REGULER
TUGAS : PROPOSAL PENELITIAN BAB I & BAB II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ada dua teori umum yang berbicara tentang faktor yang paling berpengaruh pada pendidikan seorang manusia:
Teori pertama yaitu teori hereditas/ nativisme yang mengusung faham bahwa pendidikan sangat dipengaruh oleh genetika asal muasal seseorang. Teori filsafat Nativisme ini masih membekas di sebagian masyarakat. Arthur Schopenhauer (1788-1860) pelopor dan tokoh filsafat teori ini berpendapat bahwa perkembangan kepribadian hanya ditentukan oleh faktor hereditas. Menurutnya faktor 'bawaan' ini bersifat kodrati dan tidak dapat diubah oleh lingkungan maupun pendidikan. Pendidikan hanyalah upaya untuk merealisasikan potensi ini. Walaupun tidak banyak yang menganut secara mutlak teori ini, karena ada teori-teori lain yang muncul kemudian dan memandang bahwa faktor lingkungan pun berpengaruh selain hereditas, namun aliran nativisme ini cukup diperhatikan dalam dunia pendidikan .
Teori kedua yaitu teori empirisme/ tabula rasa yang mengusung faham bahwa pendidikan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Tabula rasa (dari bahasa Latin kertas kosong) merujuk pada pandangan epistemologi bahwa seorang manusia lahir tanpa isi mental bawaan, dengan kata lain "kosong", dan seluruh sumber pengetahuan diperoleh sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat inderanya terhadap dunia di luar dirinya.
Umumnya para pendukung pandangan tabula rasa akan melihat bahwa pengalamanlah yang berpengaruh terhadap kepribadian, perilaku sosial dan emosional, serta kecerdasan.
Gagasan mengenai teori ini banyak dipengaruhi oleh pendapat John Locke di abad 17. Dalam filosofi Locke, tabula rasa adalah teori bahwa pikiran (manusia) ketika lahir berupa "kertas kosong" tanpa aturan untuk memroses data, dan data yang ditambahkan serta aturan untuk memrosesnya dibentuk hanya oleh pengalaman alat inderanya. Pendapat ini merupakan inti dari empirisme Lockean. Anggapan Locke, tabula rasa berarti bahwa pikiran individu "kosong" saat lahir, dan juga ditekankan tentang kebebasan individu untuk mengisi jiwanya sendiri. Setiap individu bebas mendefinisikan isi dari karakternya - namun identitas dasarnya sebagai umat manusia tidak bisa ditukar. Dari asumsi tentang jiwa yang bebas dan ditentukan sendiri serta dikombinasikan dengan kodrat manusia inilah lahir doktrin Lockean tentang apa yang disebut alami.
Namun demikian teori tabularasa memiliki beberapa kelemahan, karena
teori ini mengutamakan indera sebagai alat utama memperoleh pengetahuan, maka:
1) indera terbatas misalnya untuk melihat benda yang jauh, 2) indera menipu bagi orang sakit, 3) objek menipu saperti fatamorgana, 4) indera dan objek: tidak bisa melihat gajah secara keseluruhan. Kesimpulannya: empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.
Muhammad Rusli Malik dalam tulisannya juga menemukan beberapa kelemahan teori ini Tabula rasa antara lain:
Pertama, setiap anak seharusnya merupakan foto kopi dari mental, pengetahuan dan pilihan-pilihan orang tuanya. Tapi faktanya—dalam kehidupan sehari-hari—kelihatannya tidak selamanya seperti itu. Banyak anak yang menyimpang dari harapan dan cita-cita orang tuanya. Bahkan hanya kurang lebih 25 persen sarjana yang bekerja sesuai disiplin ilmunya.
Kedua, seandainya pendapat Locke—yang dituangkannya dalam buku “Thoughts on Education” (1693)—benar maka seharusnya kejahatan semakin lama semakin habis. Atau, paling tidak, secara rata-rata persentasenya kian lama kian menurun. Sebab bukankah tidak ada orang tua yang menghendaki anaknya menjadi amoral dan pelaku kriminal? Tapi kenyataannya, yang terjadi justru sebaliknya. Runtuhnya bangsa-bangsa besar yang pernah menoreh sejarah dengan tinta emas menjadi bukti yang tak terbantahkan mengenai kebenaran teori itu. Bukankah bangsa-bangsa itu hancur setelah mengalami degradasi moral dan dehumanisasi berkepanjangan.
Ketiga, seharusnya tidak ada nabi yang anak-anaknya menjadi pendurhaka. Karena pasti tidak ada kesangsian sedikitpun tentang kepiawaian para nabi dan rasul tersebut dalam mendidik anak-anaknya. Mereka bahkan piawai dalam mendidik masyarakat. Sebab kemampuan mereka berada di bawah bimbingan langsung Tuhan. Sayangnya, bukti kongkritnya tidak seperti itu. Anak Nabi Nuh amat jauh dari risalah orang tuanya. Begitu juga salah seorang dari anak nabi Adam, yang bahkan tega membunuh saudara kandungnya sendiri. Padahal anak-naka nabi itu pasti menyaksikan bagaimana wahyu turun dan dipraktekkan langsung oleh orang tua mereka. Mereka dibesarkan dalam kentalnya aroma wahyu ilahi.
Dalam perdebatan panjang di kalangan para praktisi pendidikan ataupun pemikir kependidikan, mereka berusaha memadukan kedua teori di atas. Bahkan di kalangan praktisi pendidikan Muslim, ada upaya untuk selalu menghubungkan kedua teori tersebut karena beberapa alasan normativ agama. Antara lain dengan alasan berdasarkan doktrin agama dari hadis Nabi SAW yang berbunyi,
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم : كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه كمثل البهيمة تنتج البهيمة هل ترى فيها جدعاء.[متفق عليه]
Dari Abu Huraerah ra. setiap anak yang dilahirkan terlahir dalam keadaan fitrah, adalah kedua ibu bapaknya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana seekor hewab melahirkan hewan (yang serupa) apakah ada perbedaan? (Hadis Muttafaq Alaihi)
Dalil ini menurut mereka sangat mendukung pendapat yang mengatakan bahwa pendidikan seorang manusia sangat dipengaruhi lingkungannya. Sebab binatang yang belang melahirkan binatang yang belang pula. Apakah ada kuda zebra melahirkan kuda putih?
Dalam hadis Nabi yang lain disebutkan bahwa,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة ثم يكون علقة مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك ثم يرسل إليه الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر بأربع كلمات بكتب رزقه وأجله وعمله وشقي أو سعيد [جامع العلوم والحكم في شرح خمسين حديثا من جوامع الكلم، أبو الفرج عبد الرحمن بن أحمد بن رجب الحنبلي]
Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa “sesungguhnya kalian dibentuk dalam perut ibu kalian 40 hari dari wujud sperma lalu menjadi gumpalan darah, kemudian selama itu pula kemudian menjadi daging, kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya, dan malaikat itu diperintahkan kepadanya untuk menuliskan baginya 4 hal yaitu, rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, balasan baik dan buruknya.”(Jami’ al-Ulum wa al-Hikam fi Syarh Khamsiin Haditsan min Jawami’ al-Kalim, Li Abu Al-Faraj ‘Abd Ar-Rahman ibn Ahmad Ibn Rajab Al-Hanbali).
Dalil ini memberikan pemahaman bahwa manusia sejak dilahirkan telah ditentukan rezekinya, ajalnya, perangainya bahkan akibat akhir yang akan diterimanya di akhirat kelak.
Di antara mereka yang berpendapat bahwa pendidikan manusia diperoleh melalui kedua aliran tersebut adalah William Stern seorang ahli psikologi berkebangsaan Jerman. Meski demikian Stern juga berpendapat bahwa manusia itu sendiri dapat mengembangkan potensi dirinya. Hanya terkadang volume pengaruhnya berbeda-beda, satu sama lain saling mendominasi tergantung keadaan dan kecenderung manusia secara objektif.
Jadi bagi Stern, manusia itu tidak hanya diperkembangkan tetapi ia juga memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk yang unik. Proses perkembangan manusia tidak hanya oleh faktor pembawaan yang telah ada pada orang itu dan faktor lingkungannya yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia itu sendiri dalam perkembangannya turut menentukan atau memainkan peranan juga.
Akan tetapi, penulis tertarik untuk membuat sebuah penelitian tentang pengaruh lingkungan terhadap pendidikan seseorang karena penulis anggap memberi pengaruh yang cukup besar pada seseorang.
Judul penelitian penulis adalah: “PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PRESTASI PENDIDIKAN”.
B. Identifikasi Masalah
Keberhasilan pendidikan seorang siswa terkadang hanya dinilai metode pembelajaran yang dipakai seorang guru, atau mungkin tingkat intelegensia seorang siswa. Pengaruh teman sebaya, keteladanan guru, orang tua, dan lingkungan tempat ia berada terkadang terlupakan ketika seorang anak telah berhasil menggondol juara atau prestasi tertentu.
Oleh karena itu, peneliti akan mengumpulkan sebab-sebab terjadinya hal tersebut yang pada akhirnya nanti akan diteliti sesuai dengan kemampuan peneliti. Adapun masalah yang diidentifikasi penulis adalah sebagai berikit:
1. Bagaimana cara belajar siswa pada sekolah X?
2. Apakah fasilitas belajar mengajar di sekolah X sangat memadai?
3. Apakah suasana dalam keluarga sangat dapat mempengaruhi semangat belajar?
4. Apakah suasana yang kelas dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran ?
5. Apakah media elektrik (TV, internet, videogame) mempengaruhi kualitas pendidikan seseorang?
6. Apakah bahan bacaan sangat berpangaruh pada perilaku?
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah, maka penulis memberikan pembatasan masalahnya sebagai berikut:
Dalam penelitian ini penulis hanya akan memfokuskan penelitian pada:
1. Siswa pada sekolah X yang berada pada tingkat/ kelas XI dan XII.
2. Pengaruh lingkungan terhadap prestasi pendidikan siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah, yaitu “apakah ada pengaruh lingkungan terhadap prestasi pendidikan siswa?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan antara lain:
1. Memberikan penjelaskan tentang peranan lingkungan dalam membentuk watak, perilaku, dan prestasi.
2. Memberikan penjelaskan tentang peranan lingkungan sangat dominan dalam meberikan pengaruh terhadap prestasi pendidika siswa.
F. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian yang di lakukan, penulis berharap hasil penelitian tersebut dapat dipergunakan oleh masyarakat, terutama pada lembaga yang bersangkutan (Sekolah X yang menjadi objek penelitian) sebagai bahan acuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam mendorong siswanya untuk meningkatkan prestasi belajar.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan atau perbandingan bagi penelitian yang setara dengannya.
BAB II
KAJIAN TEORI LINGKUNGAN DAN TEORI PENDIDIKAN
A. Deskripsi Teoritik
Menurut Urie Bronfrenbrenner dan Ann Croufer seperti dikutip Syamsu Yusuf, dikemukakan bahwa lingkungan merupakan “berbagai peristiwa, situasi, atau kondisi, diluar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan invididu”. Lingkungan ini terdiri atas: (a) ‘fisik’, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar janin sebelum lahir sampai kepada rancangan arsitektur suatu rumah, dan (b) ‘sosial’ yaitu meliputi seluruh manusia yang secara profesional mempengaruhi dan dipengahuri oleh perkembangan individu.
Hampir senada dengan pengertian di atas J.P. Chaplin mengemukakan bahwa mengemukakan bahwa lingkungan merupakan “keseluruhan aspek organisme individu. Sementara Joe Kathena mengemukakan bahwa lingkungan “merupakan segala sesuatu yang berada di luar individu meliputi fisik dan sosial budaya”.
Senada dengan teori emperisme yang dikemukakan oleh John Locke, Menurut aliran ini bahwa pengalaman atau empirik itulah yang menjadi sumber segala pengetahuan yang sebenarnya. Tanpa pengalaman tidak dapat dari lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya dan lingkungan masyarakat.
Adapun pengertian pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah “perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang lain dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.
Dalam pengertian sempit menurut Mc Leod, pendidikan berarti ‘perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan’.
Selanjutnya menurut Poerbakawatja dan Harahap, pendidikan adalah “usaha secara sengaja dari dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak kekedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya”.
Jadi secara luas pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.
Jika dilihat dari teori lingkungan dan teori pendidikan. Maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa lingkungan sangat terkait dengan pendidikan anak. Di mana lingkungan bisa mempengaruhi pendidikan anak baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Baik yang datang dari lingkungan keluarga, sekolah (teman sebaya) maupun dari lingkungan masyarakat. Baik dari organisme (mahkluk hidup) maupun non-organisme (media cetak dan elektrik).
Abu Ahmad Zainal Abidin , mengumukakan bahwa peranan keluarga begitu besarnya terhadap anak sehingga Allah SWT menuturkan kisah Nabi Khidir AS dan Musa AS, “Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih, maka Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaan dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Rabbmu dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (Qs. al-Kahfi/18:82).
Ibnu Katsir berkata: “Ayat di atas menjadi dalil bahwa keshalihan seseorang berpengaruh kepada anak cucunya di dunia dan akhirat, berkat ketaatan dan syafaatnya kepada mereka, maka mereka terangkat derajatnya di surga agar kedua orang tuanya senang dan berbahagia sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur`ân dan as-Sunnah”
Jadi media pendidikan yang paling efektif adalah orangtua, jika ingin meluruskan akhlak anak, maka orang tuanya lah yang terlebih dahulu dirubah.
Di sini Abu Ahmad berkesimpulan bahwa beberapa faktor yang sangat berpengaruh dalam pendidikan adalah:
a. Rumah.
b. Sekolah.
c. Media Elektronik dan Cetak (radio dan televisi, internet, telepon, majalah dan cerpen anak, komik dan novel).
d. Teman dan Sahabat.
e. Jalanan.
f. Pembantu dan Tetangga.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Pendidikan anak di jaman modern tidaklah mudah. Di satu sisi memberikan banyak kemajuan teknologi yang memungkinkan anak memperoleh fasilitas serba canggih. Tetapi pada sisi lain tersedianya informasi yang negatif melalui media massa dengan teknologi yang sulit untuk dihindari. Oleh karena itu peranan lingkungan, baik itu keluarga, sekolah, maupun masyarakat haruslah nmengantisipasi agar anak-anak tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif akibat dari perkembangan teknologi.
Menurut hasil penelitian Drs. Yadi Purwanto, MM , sejalan dengan teori John Loccke, bahwa lingkungan sangat berpengaruh bagi pendidikan anak, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Keluarga yang merupakan lingkungan pengaruh inti. Setelah sekolah dan masyarakat, keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun orang tua dan orang terdekat. Sebagian ahli menyebutkan bahwa pengaruh keluarga amat besar terhadap pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktek serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak.
Selanjutnya lingkungan kedua adalah masyarakat atau lingkungan pergaulan anak. Lingkungan buruk sering terjadi di sekitar anak misalnya “kelompok pengangguran” bagi mereka perkatan jorok dan kasar adalah hal yang lumrah.
Ahmad Zainal juga membenarkan bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak. Dalam hal ini keshalihan orang tua sangat mempengaruhi anak sebagaimana dikemukakan di awal pada kisah Nabi Khidir AS. dan Musa AS.
C. Kerangka Berfikir
Terbentuknya perilaku buruk pada seseorang bermula dari pengaruh buruk yang diperolehnya dari lingkungannya seperti kisah pembunuh yang telah menghilangkan 99 nyawa. Akan tetapi nasihat seorang ulama yang memintanya bertaubat menyadarkannya dan ia meninggalkan lingkungan kelam yang telah lama dilakoninya.
Oleh sebab itu orangtua wajib mencari lingkungan yang bagus bagi anak-anaknya serta berusaha menciptakan suasana yang harmonis dan islami dalam keluarganya dengan menegakkan sunnah Nabi SAW.
Apabila hal tersebut terabaikan maka akan muncul akses negatif pada perilaku anak. Indikasi ke arah negatif dapat dilihat misalnya:
a. Apabila anak lebih banyak menghabiskan waktunya pada televisi pada jam-jam belajar atau beribadah.
b. Apabila anak mulai menyukai kegiatan luar rumah pada jam-jam belajar di rumah atau pada jam kumpul keluarga kepada kegiatan non-belajar seperti main game, jalan-jalan ke mal dan sebagainya.
c. Anak mulai ketagihan dengan hal-hal yang tidak mengarah kepada pencerdasan diri.
Pada saat yang sama lingkungan sekolah harus mendukung upaya pemenuhan kebutuhan rohani siswa (afektif) dan tidak berfokus hanya pada kegiatan peningkatan kemampuan koginitif siswa. Dengan demikian sekolah dapat membentengi siswa dari pengaruh negatif di luar dirinya baik dari temannya atau lingkungan di luar sekolah dan rumah.
Dan juga sangat diharapkan bahwa perilaku keteladanan guru dapat mempengaruhi akhlak siswa. Karena bagaimanapun aspek keteladanan adalah upaya yang baik untuk merubah perilaku seseorang.
Dalam bentuk sederhana, kerangka berfikir ini dapat di susun sebagai berikut:
D. Hipotesis Penelitian
Jadi hipotesis yang ingin dibuktikan penelitian ini adalah adanya korelasi pengaruh lingkungan terhadap pendidikan seseorang.
Atau H0 = negatif dan H1 = positif.
Artinya hipotesis yang menganggap lingkungan tidak memiliki korelasi dapat dibantah sebaliknya korelasi pengaruh lingkungan terhadap pendidikan dapat dibuktikan.
Posting Komentar