Rabu, 04 Maret 2009

KELAS VI NON REGULER JURUSAN KI-MP, FITK, UIN JAKARTA TAHUN 2009

TEMPAT POSTING TUGAS, DISKUSI DAN SHARING KHUSUS KELAS VI NON REGULER, JURUSAN KI-MP, FITK, UIN JAKARTA TAHUN 2009.

9 komentar:

Fie2 Fun mengatakan...

NAMA : MUKHLIS SURYADI
NIM : 206018200202
HP : 081210258389

PENGERTIAN PENELITIAN

Kalau kita ingin mulai mengerjakan sesuatu, cara yang terbaik ialah kita harus memahami dan mengerti apa yang kita kerjakan itu dengan sebaik-baiknya. Kita harus mengetahui masalah yang kita hadapi sehingga kita dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan sebaik-baiknya. Untuk keperluan itu kita perlu mengadakan penyelidikan atau penelitian tentang masalah tersebut.
Penelitian ialah suatu usaha yang sistematis untuk menjawab suatu pertanyaan atau masalah. Setiap orang mempunyai pertanyaan atau masalah yang perlu dicarikan jawabnya.
Ada tiga kata kunci dalam definisi penelitian tersebut, yaitu pertanyaan atau masalah, pendekatan sistematis, dan jawaban. Mulai dari suatu penelitian dengan mengajukan pertanyaan, kemudian mencari jawaban dari pertanyaan tersebut dengan menggunakan pendekatan sistematis. Sepintas cara seperti ini kelihatan sangat sederhana dan mudah, namun dalam kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Ada banyak cara untuk mengajukan pertanyaan secara sistematis, dan ada banyak cara untuk menafsirkan suatu jawaban terhadap suatu pertanyaan.
Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara pengamatan atau inkuiri dan mempunyai tujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau proses penemuan, baik itu discovery maupun invention. Discovery diartikan hasil temuan yang memang sebetulnya sudah ada, sebagai contoh misalnya penemuan Benua Amerika adalah penemuan yang cocok untuk arti discovery. Sedangkan invention dapat diartikan sebagai penemuan hasil penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta. Misalnya hasil kloning dari hewan yang sudah mati dan dinyatakan punah, kemudian diteliti untuk menemukan jenis yang baru.
Penelitian adalah merupakan proses ilmiah yang mencakup sifat formal dan intensif. Karakter formal dan intensif karena mereka terikat dengan aturan, urutan, maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Intensif dengan menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam melakukan proses penelitian agar memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan, memecahkan problem melalui hubungan sebab akibat, dapat diulang kembali dengan cara yang sama dan hasil sama.
Ciri-ciri penelitian yang memiliki dasar prosivitas, di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Menekankan objektivitas secara universal dan tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu.
b. Menginterprestasi variabel yang ada melalui peraturan kuantitas atau angka.
c. Memisahkan antara peneliti dengan objek yang hendak diteliti. Membuat jarak antara peneliti dan yang diteliti, dimaksudkan agar tidak ada pengaruh atau kontaminasi terhadap variabel yang hendak diteliti.
d. Menekankan penggunaan metode statistik untuk mencari jawaban permasalahan yang hendak diteliti.
Tugas peneliti ialah merumuskan pertanyaan atau masalah dengan tepat, mencari cara yang paling mudah, paling efisien dan paling efektif untuk dapat menemukan jawaban serta menafsirkannya dengan tepat dan benar.
Tujuan penelitian ialah antara lain :
1. Untuk memperoleh suatu jawaban dari suatu masalah secara objektif.
2. Memecahkan masalah, menguji kebenaran suatu teori, dan berusaha untuk menemukan pengetahuan baru.
3. Memberikan tambahan pengetahuan baik kepada peneliti itu sendiri maupun kepada pembaca laporan penelitiannya.
4. Menerima atau menolak suatu pendapat, menjelaskan sifat-sifat suatu gejala yang ada di alam semesta atau masyarakat, untuk mencapai tujuan pribadi maupun untuk masyarakat dan untuk mensejahterakan masyarakat.
5. Menjelaskan sesuatu yang tidak jelas, menemukan sebab suatu masalah dan mencari penyelesaian terhadap suatu masalah.





FUNGSI-FUNGSI PENELITIAN

Dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian merupakan salah satu media untuk memenuhi bermacam-macam fungsi seperti berikut :
1. Menemukan sesuatu yang baru. Walaupun banyak cara untuk dapat menemukan informasi atau hasil karya baru, dalam dunia pengetahuan penemuan yang dilakukan melalui suatu kegiatan penelitian adalah hasil yang andal dan mendapat pengakuan dari kalangan ilmuwan. Melalui penelitian yang baik, hasil temuan dapat diakui oleh para ahli di bidangnya.
2. Mengembangankan ilmu pengetahuan, perkembangan ilmu pengetahuan dapat dilakukan secara berkelanjutan melalui media penelitian. Melalui penelitian dimana seorang peneliti biasanya dalam melakukan kajian terhadap permasalahan yang relevan dengan mngeksplorasi terhadap yang telah dilakukan para peneliti pada waktu lalu dan kegiatan peneliti saat sekarang untuk kemudian dilakukan pendalaman terhadap permasalahan yang ada.
3. Melakukan validasi terhadap teori lama. Hasil penelitian digunakan sebagai konfirmasi atau pembaharuan jika terjadi perubahan yang nyata terhadap paradigma teori yang telah lama berlaku. Melalui penelitian, hasil temuan yang memang dapat berlaku secara universal, dapat diangkat menjadi hukum yang mungkin berlaku sepanjang waktu. Contoh hasil penelitian yang sampai sekarang dan mungkin akan tetap berlaku di antaranya adalah gaya gravitasi bumi terhadap suatu benda yang selalu mengarah ke pusat bumi oleh Newton, dalil-dalil dalam segitiga Phytagoras, dan sebagainya.
4. Menemukan permasalahan penelitian. Permasalahan penelitian pada prinsipnya dapat diperoleh di mana saja seorang peneliti berada. Karena sebenarnya masalah penelitian selalu ada. Untuk mengenal dan memilih penelitian permasalahan diperlukan kejelian dan penggunaan kriteria yang baik dari para peneliti. Salah satu sumber penelitian yang signifikan adalah dalam penelitian yang telah dilakukan oeh para peneliti. Karena dalam penelitian yang baik biasanya dalam bab kesimpulan implikasi dan saran, di samping memperoleh hasil temuan juga diberikan permasalahan baru yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dilaporkan.
5. Menambah khazanah pengayaan ilmiah yang baru. Penelitian yang baik di samping memenuhi butir keempat dari fungsi-fungsi penelitian, dapat pula berfungsi sebagai pelengkap khazanah ilmu yang baru, sehingga ilmu pengetahuan senantiasa berkembang ke arah penyempurnaan terhadap ilmu pengetahuan yang ada. Sebagai contoh dalam perkembangan teknologi informasi.

KEGUNAAN PENELITIAN DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Untuk dapat memperoleh pengetahuan kita harus tahu sumbernya. Sumber pengetahuan dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu :
1. Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi merupakan sumber pengetahuan pertama. Berdasarkan pengalaman berkali-kali pergi ke Jakarta, misalnya Ana dapat menentukan rute mana yang paling pendek, kendaraan mana yang paling nyaman, paling cepat, dan murah.
Pengalaman pribadi sering pula menjadi sumber bagi diketemukannya masalah penelitian. Lebih-lebih dalam ilmu sosial, hal yang demikian itu sering terjadi. Mungkin pengalaman pribadi itu berkaitan dengan sejarah perkembangan dan kehidupan pribadi, mungkin pula berkaitan dengan kehidupan profesional.
Namun pengalaman mempunyai banyak kelemahan sebagai sumber pengetahuan. Kejadian yang sama yang dialami atau diamati oleh orang yang berbeda pula. Misalnya Ana pergi ke Jakarta dengan naik bis malam ber- AC. Ana merasa sangat nyaman dan senang dalam perjalanan tersebut, tetapi temannya yang bersama dengan Ana mungkin tidak demikian karena dia mabuk darat dan muntah-muntah sepanjang perjalanaan karena dia tidak tahan dengan AC.
Cara belajar melalui pengalaman sendiri biasanya mengalami banyak rintangan karena tidak ada yang dapat memberikan petunjuk maupun nasihat agar dapat melakukan pekerjaannya lebih baik. Cara pendekatan orang yang belajar dari pengalaman sendiri sering disebut trial and error atau coba dan salah dan mencobanya lagi. Semakin orang tersebut gigih dan tidak putus asa ketika terjadi salah atau jatuh, semakin besar kemungkinan orang tersebut untuk lebih berhasil dalam hidupnya.
2. Otoritas atau Pakar
Yang dimaksud dengan otoritas di sini ialah orang atau benda yang dianggap menguasai atau memiliki informasi yang dapat dipercaya kebenarannya.
Tidak semua hal dapat kita ketahui dengan pengalaman pribadi. Banyak hal yang dapat kita ketahui dengan melalui orang ketiga. Walaupun kita tidak pernak ke Amerika, kita percaya kalau ada negara yang bernama Amerika Serikat. Walaupun kita tidak pernah ke Eropa, tetapi kita tahu kalau pada bulan Desember di sana sedang musim dingin. Informasi atau pengetahuan ini dapat kita peroleh melalui pengalaman orang lain yang pernah ke sana, atau melalui media lain, seperti surat kabar, buku, majalah atau media elektronika.
Pernyataan pemegang otoritas, baik pemegang dalam pemerintahan maupun pemegang otoritas dalam bidang ilmu tertentu, dapat menjadi sumber masalah penelitian. Demikianlah misalnya pernyataan seorang Menteri Pendidikan Nasional mengenai rendahnya daya serap murid-murid SMU, atau pernyataan seorang Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi tentang kecilnya daya tampung perguruan tinggi, dapat secara langsung mengundang berbagai penelitian. Pernyataan ahli-ahli pendidikan dan ahli-ahli psikologi mengenai perlu dan tidaknya serta tepat dan tidaknya penjurusan di SMU seperti yang terjadi sekarang ini, dapat menjadi sumber masalah penelitian pula.
Sebagai sumber pengetahuan otoritas mempunyai kekurangan-kekurangan. Pertama otoritas mungkin juga berbuat salah, atau kadang-kadang otoritas bertentangan satu sama lain, atau bahkan apa yang dikatakan atau ditulis merupakan pendapat pribadi, bukan berdasarkan fakta atau hasil penelitian.

3. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif ialah suatu cara berpikir yang dimulai dari sesuatu yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus dengan menggunakan kaidah logika. Penalaran deduktif ini dilakukan dengan melalui seperangkat pernyataan yang disebut silogisme, yang terdiri dari (1) premis mayor atau pernyataan yang bersifat umum, (2) premis minor atau pernyataan yang bersifat khusus, dan (3) kesimpulan yang diambil berdasarkan kedua premis tersebut. Misalnya :
• Semua orang mati (premis mayor)
• Si Bondet adalah manusia (premis minor)
Oleh karena itu
• Si Bondet juga mati (kesimpulan)

Dalam penalaran deduktif, kalau premisnya benar, maka kesimpulannya juga benar. Namun demikian penalaran deduktif juga ada kelemahannya. Kita harus mulai dari premis yang benar, agar memperoleh kesimpulan yang benar. Kesimpulan silogisme hanya terbatas pada isi premis-premisnya. Karena kesimpulan silogisme tergantung pada pengetahuan yang telah ada sebelumnya, maka pengetahuan yang kita peroleh juga terbatas pada lingkup pengetahuan yang telah ada, sehingga tidak dapat berkembang dan tidak dapat menjamah gejala-gejala baru yang timbul kemudian. Penalaran deduktif hanya terbatas pada lingkup pengetahuan yang telah ada saja dan tidak dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan yang baru sama sekali.
4. Penalaran Induktif
Kesimpulan yang diambil dari penalaran deduktif hanya benar apabila premis yang dipakai sebagai dasar kesimpulan itu benar. Yang menjadi masalah ialah bagaimana orang dapat mengetahui kalau premis itu benar.
Perbedaan antara cara berpikir deduktif dan induktif dapat diilustrasikan sebagai berikut :


A. Deduktif : Setiap binatang menyusui mempunyai paru-paru.
Lembu adalah binatang menyusui.
Oleh karena itu semua lembu mempunyai paru-paru.
B. Induktif : Setiap lembu yang dipotong dan diamati mempunyai paru-paru.
Oleh karena itu, setiap lembu mempunyai paru-paru.
Perhatikan bahwa dalam penalaran deduktif dasar pikiran kita harus diketahui lebih dulu sebelum kesimpulan ditarik. Sebaliknya dalam penalaran induktif, kesimpulan diperoleh setelah mengamati fakta-fakta yang diamati. Agar kesimpulan induktif itu sempurna kebenarannya maka peneliti harus mengamati semua gejala yang ada, yang pernah ada dan yang akan ada. Hal ini nampaknya sulit dilaksanakan. Oleh karena itu biasanya kesimpulan induktif didasarkan pada sejumlah contoh atau sampel terbatas yang dianggap mewakili semua subjek yang diteliti.
Oleh karena kesimpulan induktif hanya dapat benar secara mutlak kalau jumlah subjeknya terbatas, maka peneliti biasanya harus membatas jumlah subjeknya, misalnya penguasaan bahasa Inggris siswa wanita lebih baik dari siswa pria di SMA Negeri 70 Jakarta, kesimpulan yang diambil hanya terbatas pada subjek yang diteliti saja, yaitu siswa SMA Negeri 70 Jakarta, tidak berlaku secara umum di semua SMA yang ada.
5. Menggunakan pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah merupakan metode untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang paling tinggi nilai validitas dan ketepatannya, jika dibandingkan dengan beberapa macam pendekatan.
Pendekatan ilmiah biasanya mempunyai langkah-langkah yang secara garis besar, seperti berikut :
a. Adanya permasalahan yang hendak dipecahkan
b. Dinyatakan dalam bentuk pernyataan jawaban sementara atau hipotesis
c. Dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan data yang diambil dari lapangan
d. Menganalisis daya yang ada
e. Melakukan pengamatan hasil analisis dengan melihat kembali pada hipotesis
f. Mengambil keputusan.
DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata Sumadi, BA., Drs., Ed.S.,Ph.D Metodologi Penelitian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2005.
Prof. Sukardi. Ph.D. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, PT
Bumi Aksara, Jakarta 2003.

























METODOLOGI PENELITIAN
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian









Disusun oleh
AINAL MUKHLISOH
206018200


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009

Fie2 Fun mengatakan...

NAMA : MUKHLIS SURYADI
NIM : 206018200202
HP : 081210258389

PENGERTIAN PENELITIAN

Kalau kita ingin mulai mengerjakan sesuatu, cara yang terbaik ialah kita harus memahami dan mengerti apa yang kita kerjakan itu dengan sebaik-baiknya. Kita harus mengetahui masalah yang kita hadapi sehingga kita dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan sebaik-baiknya. Untuk keperluan itu kita perlu mengadakan penyelidikan atau penelitian tentang masalah tersebut.
Penelitian ialah suatu usaha yang sistematis untuk menjawab suatu pertanyaan atau masalah. Setiap orang mempunyai pertanyaan atau masalah yang perlu dicarikan jawabnya.
Ada tiga kata kunci dalam definisi penelitian tersebut, yaitu pertanyaan atau masalah, pendekatan sistematis, dan jawaban. Mulai dari suatu penelitian dengan mengajukan pertanyaan, kemudian mencari jawaban dari pertanyaan tersebut dengan menggunakan pendekatan sistematis. Sepintas cara seperti ini kelihatan sangat sederhana dan mudah, namun dalam kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Ada banyak cara untuk mengajukan pertanyaan secara sistematis, dan ada banyak cara untuk menafsirkan suatu jawaban terhadap suatu pertanyaan.
Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara pengamatan atau inkuiri dan mempunyai tujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau proses penemuan, baik itu discovery maupun invention. Discovery diartikan hasil temuan yang memang sebetulnya sudah ada, sebagai contoh misalnya penemuan Benua Amerika adalah penemuan yang cocok untuk arti discovery. Sedangkan invention dapat diartikan sebagai penemuan hasil penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta. Misalnya hasil kloning dari hewan yang sudah mati dan dinyatakan punah, kemudian diteliti untuk menemukan jenis yang baru.
Penelitian adalah merupakan proses ilmiah yang mencakup sifat formal dan intensif. Karakter formal dan intensif karena mereka terikat dengan aturan, urutan, maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Intensif dengan menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam melakukan proses penelitian agar memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan, memecahkan problem melalui hubungan sebab akibat, dapat diulang kembali dengan cara yang sama dan hasil sama.
Ciri-ciri penelitian yang memiliki dasar prosivitas, di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Menekankan objektivitas secara universal dan tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu.
b. Menginterprestasi variabel yang ada melalui peraturan kuantitas atau angka.
c. Memisahkan antara peneliti dengan objek yang hendak diteliti. Membuat jarak antara peneliti dan yang diteliti, dimaksudkan agar tidak ada pengaruh atau kontaminasi terhadap variabel yang hendak diteliti.
d. Menekankan penggunaan metode statistik untuk mencari jawaban permasalahan yang hendak diteliti.
Tugas peneliti ialah merumuskan pertanyaan atau masalah dengan tepat, mencari cara yang paling mudah, paling efisien dan paling efektif untuk dapat menemukan jawaban serta menafsirkannya dengan tepat dan benar.
Tujuan penelitian ialah antara lain :
1. Untuk memperoleh suatu jawaban dari suatu masalah secara objektif.
2. Memecahkan masalah, menguji kebenaran suatu teori, dan berusaha untuk menemukan pengetahuan baru.
3. Memberikan tambahan pengetahuan baik kepada peneliti itu sendiri maupun kepada pembaca laporan penelitiannya.
4. Menerima atau menolak suatu pendapat, menjelaskan sifat-sifat suatu gejala yang ada di alam semesta atau masyarakat, untuk mencapai tujuan pribadi maupun untuk masyarakat dan untuk mensejahterakan masyarakat.
5. Menjelaskan sesuatu yang tidak jelas, menemukan sebab suatu masalah dan mencari penyelesaian terhadap suatu masalah.





FUNGSI-FUNGSI PENELITIAN

Dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian merupakan salah satu media untuk memenuhi bermacam-macam fungsi seperti berikut :
1. Menemukan sesuatu yang baru. Walaupun banyak cara untuk dapat menemukan informasi atau hasil karya baru, dalam dunia pengetahuan penemuan yang dilakukan melalui suatu kegiatan penelitian adalah hasil yang andal dan mendapat pengakuan dari kalangan ilmuwan. Melalui penelitian yang baik, hasil temuan dapat diakui oleh para ahli di bidangnya.
2. Mengembangankan ilmu pengetahuan, perkembangan ilmu pengetahuan dapat dilakukan secara berkelanjutan melalui media penelitian. Melalui penelitian dimana seorang peneliti biasanya dalam melakukan kajian terhadap permasalahan yang relevan dengan mngeksplorasi terhadap yang telah dilakukan para peneliti pada waktu lalu dan kegiatan peneliti saat sekarang untuk kemudian dilakukan pendalaman terhadap permasalahan yang ada.
3. Melakukan validasi terhadap teori lama. Hasil penelitian digunakan sebagai konfirmasi atau pembaharuan jika terjadi perubahan yang nyata terhadap paradigma teori yang telah lama berlaku. Melalui penelitian, hasil temuan yang memang dapat berlaku secara universal, dapat diangkat menjadi hukum yang mungkin berlaku sepanjang waktu. Contoh hasil penelitian yang sampai sekarang dan mungkin akan tetap berlaku di antaranya adalah gaya gravitasi bumi terhadap suatu benda yang selalu mengarah ke pusat bumi oleh Newton, dalil-dalil dalam segitiga Phytagoras, dan sebagainya.
4. Menemukan permasalahan penelitian. Permasalahan penelitian pada prinsipnya dapat diperoleh di mana saja seorang peneliti berada. Karena sebenarnya masalah penelitian selalu ada. Untuk mengenal dan memilih penelitian permasalahan diperlukan kejelian dan penggunaan kriteria yang baik dari para peneliti. Salah satu sumber penelitian yang signifikan adalah dalam penelitian yang telah dilakukan oeh para peneliti. Karena dalam penelitian yang baik biasanya dalam bab kesimpulan implikasi dan saran, di samping memperoleh hasil temuan juga diberikan permasalahan baru yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dilaporkan.
5. Menambah khazanah pengayaan ilmiah yang baru. Penelitian yang baik di samping memenuhi butir keempat dari fungsi-fungsi penelitian, dapat pula berfungsi sebagai pelengkap khazanah ilmu yang baru, sehingga ilmu pengetahuan senantiasa berkembang ke arah penyempurnaan terhadap ilmu pengetahuan yang ada. Sebagai contoh dalam perkembangan teknologi informasi.

KEGUNAAN PENELITIAN DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Untuk dapat memperoleh pengetahuan kita harus tahu sumbernya. Sumber pengetahuan dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu :
1. Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi merupakan sumber pengetahuan pertama. Berdasarkan pengalaman berkali-kali pergi ke Jakarta, misalnya Ana dapat menentukan rute mana yang paling pendek, kendaraan mana yang paling nyaman, paling cepat, dan murah.
Pengalaman pribadi sering pula menjadi sumber bagi diketemukannya masalah penelitian. Lebih-lebih dalam ilmu sosial, hal yang demikian itu sering terjadi. Mungkin pengalaman pribadi itu berkaitan dengan sejarah perkembangan dan kehidupan pribadi, mungkin pula berkaitan dengan kehidupan profesional.
Namun pengalaman mempunyai banyak kelemahan sebagai sumber pengetahuan. Kejadian yang sama yang dialami atau diamati oleh orang yang berbeda pula. Misalnya Ana pergi ke Jakarta dengan naik bis malam ber- AC. Ana merasa sangat nyaman dan senang dalam perjalanan tersebut, tetapi temannya yang bersama dengan Ana mungkin tidak demikian karena dia mabuk darat dan muntah-muntah sepanjang perjalanaan karena dia tidak tahan dengan AC.
Cara belajar melalui pengalaman sendiri biasanya mengalami banyak rintangan karena tidak ada yang dapat memberikan petunjuk maupun nasihat agar dapat melakukan pekerjaannya lebih baik. Cara pendekatan orang yang belajar dari pengalaman sendiri sering disebut trial and error atau coba dan salah dan mencobanya lagi. Semakin orang tersebut gigih dan tidak putus asa ketika terjadi salah atau jatuh, semakin besar kemungkinan orang tersebut untuk lebih berhasil dalam hidupnya.
2. Otoritas atau Pakar
Yang dimaksud dengan otoritas di sini ialah orang atau benda yang dianggap menguasai atau memiliki informasi yang dapat dipercaya kebenarannya.
Tidak semua hal dapat kita ketahui dengan pengalaman pribadi. Banyak hal yang dapat kita ketahui dengan melalui orang ketiga. Walaupun kita tidak pernak ke Amerika, kita percaya kalau ada negara yang bernama Amerika Serikat. Walaupun kita tidak pernah ke Eropa, tetapi kita tahu kalau pada bulan Desember di sana sedang musim dingin. Informasi atau pengetahuan ini dapat kita peroleh melalui pengalaman orang lain yang pernah ke sana, atau melalui media lain, seperti surat kabar, buku, majalah atau media elektronika.
Pernyataan pemegang otoritas, baik pemegang dalam pemerintahan maupun pemegang otoritas dalam bidang ilmu tertentu, dapat menjadi sumber masalah penelitian. Demikianlah misalnya pernyataan seorang Menteri Pendidikan Nasional mengenai rendahnya daya serap murid-murid SMU, atau pernyataan seorang Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi tentang kecilnya daya tampung perguruan tinggi, dapat secara langsung mengundang berbagai penelitian. Pernyataan ahli-ahli pendidikan dan ahli-ahli psikologi mengenai perlu dan tidaknya serta tepat dan tidaknya penjurusan di SMU seperti yang terjadi sekarang ini, dapat menjadi sumber masalah penelitian pula.
Sebagai sumber pengetahuan otoritas mempunyai kekurangan-kekurangan. Pertama otoritas mungkin juga berbuat salah, atau kadang-kadang otoritas bertentangan satu sama lain, atau bahkan apa yang dikatakan atau ditulis merupakan pendapat pribadi, bukan berdasarkan fakta atau hasil penelitian.

3. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif ialah suatu cara berpikir yang dimulai dari sesuatu yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus dengan menggunakan kaidah logika. Penalaran deduktif ini dilakukan dengan melalui seperangkat pernyataan yang disebut silogisme, yang terdiri dari (1) premis mayor atau pernyataan yang bersifat umum, (2) premis minor atau pernyataan yang bersifat khusus, dan (3) kesimpulan yang diambil berdasarkan kedua premis tersebut. Misalnya :
• Semua orang mati (premis mayor)
• Si Bondet adalah manusia (premis minor)
Oleh karena itu
• Si Bondet juga mati (kesimpulan)

Dalam penalaran deduktif, kalau premisnya benar, maka kesimpulannya juga benar. Namun demikian penalaran deduktif juga ada kelemahannya. Kita harus mulai dari premis yang benar, agar memperoleh kesimpulan yang benar. Kesimpulan silogisme hanya terbatas pada isi premis-premisnya. Karena kesimpulan silogisme tergantung pada pengetahuan yang telah ada sebelumnya, maka pengetahuan yang kita peroleh juga terbatas pada lingkup pengetahuan yang telah ada, sehingga tidak dapat berkembang dan tidak dapat menjamah gejala-gejala baru yang timbul kemudian. Penalaran deduktif hanya terbatas pada lingkup pengetahuan yang telah ada saja dan tidak dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan yang baru sama sekali.
4. Penalaran Induktif
Kesimpulan yang diambil dari penalaran deduktif hanya benar apabila premis yang dipakai sebagai dasar kesimpulan itu benar. Yang menjadi masalah ialah bagaimana orang dapat mengetahui kalau premis itu benar.
Perbedaan antara cara berpikir deduktif dan induktif dapat diilustrasikan sebagai berikut :


A. Deduktif : Setiap binatang menyusui mempunyai paru-paru.
Lembu adalah binatang menyusui.
Oleh karena itu semua lembu mempunyai paru-paru.
B. Induktif : Setiap lembu yang dipotong dan diamati mempunyai paru-paru.
Oleh karena itu, setiap lembu mempunyai paru-paru.
Perhatikan bahwa dalam penalaran deduktif dasar pikiran kita harus diketahui lebih dulu sebelum kesimpulan ditarik. Sebaliknya dalam penalaran induktif, kesimpulan diperoleh setelah mengamati fakta-fakta yang diamati. Agar kesimpulan induktif itu sempurna kebenarannya maka peneliti harus mengamati semua gejala yang ada, yang pernah ada dan yang akan ada. Hal ini nampaknya sulit dilaksanakan. Oleh karena itu biasanya kesimpulan induktif didasarkan pada sejumlah contoh atau sampel terbatas yang dianggap mewakili semua subjek yang diteliti.
Oleh karena kesimpulan induktif hanya dapat benar secara mutlak kalau jumlah subjeknya terbatas, maka peneliti biasanya harus membatas jumlah subjeknya, misalnya penguasaan bahasa Inggris siswa wanita lebih baik dari siswa pria di SMA Negeri 70 Jakarta, kesimpulan yang diambil hanya terbatas pada subjek yang diteliti saja, yaitu siswa SMA Negeri 70 Jakarta, tidak berlaku secara umum di semua SMA yang ada.
5. Menggunakan pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah merupakan metode untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang paling tinggi nilai validitas dan ketepatannya, jika dibandingkan dengan beberapa macam pendekatan.
Pendekatan ilmiah biasanya mempunyai langkah-langkah yang secara garis besar, seperti berikut :
a. Adanya permasalahan yang hendak dipecahkan
b. Dinyatakan dalam bentuk pernyataan jawaban sementara atau hipotesis
c. Dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan data yang diambil dari lapangan
d. Menganalisis daya yang ada
e. Melakukan pengamatan hasil analisis dengan melihat kembali pada hipotesis
f. Mengambil keputusan.






















DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata Sumadi, BA., Drs., Ed.S.,Ph.D Metodologi Penelitian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2005.
Prof. Sukardi. Ph.D. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, PT
Bumi Aksara, Jakarta 2003.

Fie2 Fun mengatakan...

MAAF BU, TUGASNYA TERLAMBAT, KARENA SAYA BARU PULANG DARI LAMPUNG

Fie2 Fun mengatakan...

PENDAHULUAN

Setiap orang apapun jabatan dan pekerjaannya selalu dihadapkan dengan persoalan atau masalah yang menuntut jawaban, pemecahannya. Jawaban pemecahan masalah, sudah barang tentu dicari yang paling mendekati kebenaran, setidak-tidaknya ada alasan rasional mengapa jawaban itu yang menjadi pilihan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mencari jawaban masalah, antara lain; pengalaman, baik pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, ada pula yang bersumber dari khasanah ilmu pengetahuan yang telah dikuasainya. Bahkan ada orang yang mencari jawaban tersebut dari intuisi saja, di samping melalui usaha coba-coba atau spekulasi.
Penelitian pada hakekatnya mencari jawaban atas masalah yang menuntut jawaban yang benar, setidak-tidaknya mendekati kebenaran yang logis menurut penalaran manusia dan didukung oleh fakta empiris. Berikut akan dijelaskan mengenai definisi penelitian yang dikutip dari beberapa ahli serta di kutip dari websaite. Dan juga di cantumkan fungsi dan kegunaan dari penelitian terssebut.












Penelitian dapat diartikan tiap usaha untuk mencari pengetahuan (ilmiah) baru menurut prosedur yang sistematis dan terkontrol melalui data empiris (pengalaman), yang artinya dapat beberapa kali diuji dengan hasil yang sama, kata “baru” disini bukan hanya berarti sesuatu yang tadinya sama sekali tidak ada lalu menjadi ada (misalnya penemuan listrik), tetapi juga perbaikan atau perkembangan dari suatu pengetahuan/ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian itu bersifat objektif.

Penelitian juga dapat didefinisikan sebagai suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah. Beberapa pakar lain memberikan definisi penelitian sebagai berikut :

Menurut David Penny (Koentjoroningrat & Emerson, 1983:265) penelitian adalah berpikir secara sistematis mengenai jenis-jenis persoalan yang untuk pemecahannya diperlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.

J. Suprapto mengatakan penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, serta sistematis.

Menurut Sutrisno HadiSesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

Menurut Mohammad Ali penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya.

The New Horison Ladder Dictionary mengatakan pengertian research ialah a careful study to discover correct information, yang artinya, suatu penyelidikan yang dilakukan secara hati-hati untuk memperoleh informasi yang benar.

Menurut kamus besar bahasa indonesia edisi kedua (1991) penelitian adalah pemeriksaan yang teliti; penyelidikan; atau kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisi, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.

Secara etimologi, penelitian berasal dari bahasa Inggris (research) (re berarti kembali, dan search berarti mencari). Dengan demikian research berarti mencari kembali.

Menurut kamus Webster̢۪s New Internasional, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Hillway dalam bukunya Introduction to research mengemuka-kan bahwa penelitian adalah suatu metode belajar yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. (Hillway, 1965)

Tuckman mendefinisikan penelitian (research) : (a systematic attempt to provide answer to question) yaitu penelitian merupakan suatu usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah. Sistematis artinya mengikuti prosedur atau langkah-langkah tertentu. Jawaban ilmiah adalah rumusan pengetahuan, generaliasi, baik berupa teori, prinsip baik yang bersifat abstrak maupun konkret yang dirumuskan melalui alat- primernya, yaitu empiris dan analisis. Penelitian itu sendiri bekerja atas dasar asumsi, teknik dan metode.

Kadang-kadang orang menyamakan pengertian penelitian dengan metode ilmiah. Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dimana usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Kegiatan penelitian adalah suatu kegiatan objektif dalam usaha mengembangkan, serta menguji ilmu pengetahuan berdasarkan atas prinsip-prinsip, teori-teori yang disusun secara sistematis melalui proses yang intensif dalam pengembangan generalisasi. Sedangkan metode ilmiah lebih mementingkan aplikasi berpikir deduktif-induktif di dalam memecahkan suatu masalah.

Fokus perhatian dalam suatu penelitian adalah masalah, masalah yang muncul dalam pikiran peneliti berdasarkan penelaahan situasi yang meragukan (a perplexing situation). Masalah adalah titik sentral dari keseluruhan penelitian.
Dalam bukunya Dr. Nana Sudjana, penelitian merupakan penelahan yang terkendali, sebab terkandung dua hal yakni:
1. adanya logika proses berpikir yang dinyatakan secara eksplisit.
Logika berpikir dinyatakan eksplisit, nampak dalam prosesnya menempuh langkah-langkah yang sistematis. Yaitu dimulai dari pengumpulan data, mengolah, menafsirkan data, menguji data sampai pada penarikan kesimpulan. Langkah demi langkah bisa dikaji kembali baik oleh peneliti itu sendiri maupun oleh orang lain.
2. adanya informasi yang dikumpulkan secara empiris dan sistematis
informasi dikatakan empiris sebab sifat dan sumbernya menggambarkan apa yang terjadi di lapangan bukan seperti yang ada dalam pikiran peneliti, sudah tentu objektifitas data, myakni data apa adanya, harus sesuai dengan kenyataan empirik. Info9rmasi yang sistematis berkenaan dengan jenis dan sifat data sesuai dengan aspek-aspek masalah yang sedang dikaji sebagaimana dikehendaki oleh peneliti.

Fungsi penelitian pada hakekatnya mempunyai fungsi menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Secara rincinya dijelaskan sebagai berikut:
a. Penjajagan
Fungsi ini disebut juga fungsi eksploratif, maksudnya ialah bahwa penelitian berfungsi untuk menemukan sesuatu yang belun ada. Dengan demikian penelitian mengisi kekosongan atau kekurangan ilmu.
b. Pengujian
Fungsi ini disebut juga fungsi verivikatif, maksudnya penelitian berfungsi menguji kebenaran suatu pengetahuan yang sudah ada.
c. Pengembangan
Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi developmental, maksudnya penelitian berfungsi sebagai mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.
Fungsi atau kegunaan penelitian dalam konteks pengembangan ilmu pengetahuan adalah:
Maksudnya penelitian-penelitian pendidikan yang dilakukan itu bertujuan atau ditujukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pendidikan itu sendiri termasuk ilmu-ilmu bantunya. Penelitian yang dilakukan untuk pengembangan ilmu sering disebut penelitian murni. Masalah data variabel yang diteliti digali dan diangkat berdasarkan teori-teori yang ada dalam ilmu pendidikan. Hipotesis yang dicoba diturunkan atau berasal dari teori yang telah ada, diuji secara empirik dengan harapan munculnya teori baru atau penyempurnaan dari teori yang ada, minimal menguji teori yang sudah ada, untuk menemukan kondisi-kondisi tertentu yang paling memungkinkan penerapannya dalam praktek pendidikan.
Menguji suatu hipotesis yang dirumuskan atas dasar teori keilmuan, banyak ditemukan dalam penelitian untuk pengembangan ilmu.
Bidang kajian ilmu pendidikan sebagai dasar dalam menentukan penelitian pendidikan untuk pengembangan ilmu berkisar pada bidang kurikulum, proses belajar mengajar/pengajaran, bidang evaluasi/penilaian pendidikan, bidang administrasi supervisi pendidikan, bidang penyuluhan pendidikan, bidang pendidikan luar sekolah, bidang pendidikan khusus, bidang teori dan filsafat pendidikan.

Fie2 Fun mengatakan...

NAMA :HARTININGSIH
NIM :206018200197
HP :021- 92150661
PENDAHULUAN

Setiap orang apapun jabatan dan pekerjaannya selalu dihadapkan dengan persoalan atau masalah yang menuntut jawaban, pemecahannya. Jawaban pemecahan masalah, sudah barang tentu dicari yang paling mendekati kebenaran, setidak-tidaknya ada alasan rasional mengapa jawaban itu yang menjadi pilihan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mencari jawaban masalah, antara lain; pengalaman, baik pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, ada pula yang bersumber dari khasanah ilmu pengetahuan yang telah dikuasainya. Bahkan ada orang yang mencari jawaban tersebut dari intuisi saja, di samping melalui usaha coba-coba atau spekulasi.
Penelitian pada hakekatnya mencari jawaban atas masalah yang menuntut jawaban yang benar, setidak-tidaknya mendekati kebenaran yang logis menurut penalaran manusia dan didukung oleh fakta empiris. Berikut akan dijelaskan mengenai definisi penelitian yang dikutip dari beberapa ahli serta di kutip dari websaite. Dan juga di cantumkan fungsi dan kegunaan dari penelitian terssebut.












Penelitian dapat diartikan tiap usaha untuk mencari pengetahuan (ilmiah) baru menurut prosedur yang sistematis dan terkontrol melalui data empiris (pengalaman), yang artinya dapat beberapa kali diuji dengan hasil yang sama, kata “baru” disini bukan hanya berarti sesuatu yang tadinya sama sekali tidak ada lalu menjadi ada (misalnya penemuan listrik), tetapi juga perbaikan atau perkembangan dari suatu pengetahuan/ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian itu bersifat objektif.

Penelitian juga dapat didefinisikan sebagai suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah. Beberapa pakar lain memberikan definisi penelitian sebagai berikut :

Menurut David Penny (Koentjoroningrat & Emerson, 1983:265) penelitian adalah berpikir secara sistematis mengenai jenis-jenis persoalan yang untuk pemecahannya diperlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.

J. Suprapto mengatakan penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, serta sistematis.

Menurut Sutrisno HadiSesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

Menurut Mohammad Ali penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya.

The New Horison Ladder Dictionary mengatakan pengertian research ialah a careful study to discover correct information, yang artinya, suatu penyelidikan yang dilakukan secara hati-hati untuk memperoleh informasi yang benar.

Menurut kamus besar bahasa indonesia edisi kedua (1991) penelitian adalah pemeriksaan yang teliti; penyelidikan; atau kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisi, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.

Secara etimologi, penelitian berasal dari bahasa Inggris (research) (re berarti kembali, dan search berarti mencari). Dengan demikian research berarti mencari kembali.

Menurut kamus Webster̢۪s New Internasional, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Hillway dalam bukunya Introduction to research mengemuka-kan bahwa penelitian adalah suatu metode belajar yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. (Hillway, 1965)

Tuckman mendefinisikan penelitian (research) : (a systematic attempt to provide answer to question) yaitu penelitian merupakan suatu usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah. Sistematis artinya mengikuti prosedur atau langkah-langkah tertentu. Jawaban ilmiah adalah rumusan pengetahuan, generaliasi, baik berupa teori, prinsip baik yang bersifat abstrak maupun konkret yang dirumuskan melalui alat- primernya, yaitu empiris dan analisis. Penelitian itu sendiri bekerja atas dasar asumsi, teknik dan metode.

Kadang-kadang orang menyamakan pengertian penelitian dengan metode ilmiah. Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dimana usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Kegiatan penelitian adalah suatu kegiatan objektif dalam usaha mengembangkan, serta menguji ilmu pengetahuan berdasarkan atas prinsip-prinsip, teori-teori yang disusun secara sistematis melalui proses yang intensif dalam pengembangan generalisasi. Sedangkan metode ilmiah lebih mementingkan aplikasi berpikir deduktif-induktif di dalam memecahkan suatu masalah.

Fokus perhatian dalam suatu penelitian adalah masalah, masalah yang muncul dalam pikiran peneliti berdasarkan penelaahan situasi yang meragukan (a perplexing situation). Masalah adalah titik sentral dari keseluruhan penelitian.
Dalam bukunya Dr. Nana Sudjana, penelitian merupakan penelahan yang terkendali, sebab terkandung dua hal yakni:
1. adanya logika proses berpikir yang dinyatakan secara eksplisit.
Logika berpikir dinyatakan eksplisit, nampak dalam prosesnya menempuh langkah-langkah yang sistematis. Yaitu dimulai dari pengumpulan data, mengolah, menafsirkan data, menguji data sampai pada penarikan kesimpulan. Langkah demi langkah bisa dikaji kembali baik oleh peneliti itu sendiri maupun oleh orang lain.
2. adanya informasi yang dikumpulkan secara empiris dan sistematis
informasi dikatakan empiris sebab sifat dan sumbernya menggambarkan apa yang terjadi di lapangan bukan seperti yang ada dalam pikiran peneliti, sudah tentu objektifitas data, myakni data apa adanya, harus sesuai dengan kenyataan empirik. Info9rmasi yang sistematis berkenaan dengan jenis dan sifat data sesuai dengan aspek-aspek masalah yang sedang dikaji sebagaimana dikehendaki oleh peneliti.

Fungsi penelitian pada hakekatnya mempunyai fungsi menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Secara rincinya dijelaskan sebagai berikut:
a. Penjajagan
Fungsi ini disebut juga fungsi eksploratif, maksudnya ialah bahwa penelitian berfungsi untuk menemukan sesuatu yang belun ada. Dengan demikian penelitian mengisi kekosongan atau kekurangan ilmu.
b. Pengujian
Fungsi ini disebut juga fungsi verivikatif, maksudnya penelitian berfungsi menguji kebenaran suatu pengetahuan yang sudah ada.
c. Pengembangan
Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi developmental, maksudnya penelitian berfungsi sebagai mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.
Fungsi atau kegunaan penelitian dalam konteks pengembangan ilmu pengetahuan adalah:
Maksudnya penelitian-penelitian pendidikan yang dilakukan itu bertujuan atau ditujukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pendidikan itu sendiri termasuk ilmu-ilmu bantunya. Penelitian yang dilakukan untuk pengembangan ilmu sering disebut penelitian murni. Masalah data variabel yang diteliti digali dan diangkat berdasarkan teori-teori yang ada dalam ilmu pendidikan. Hipotesis yang dicoba diturunkan atau berasal dari teori yang telah ada, diuji secara empirik dengan harapan munculnya teori baru atau penyempurnaan dari teori yang ada, minimal menguji teori yang sudah ada, untuk menemukan kondisi-kondisi tertentu yang paling memungkinkan penerapannya dalam praktek pendidikan.
Menguji suatu hipotesis yang dirumuskan atas dasar teori keilmuan, banyak ditemukan dalam penelitian untuk pengembangan ilmu.
Bidang kajian ilmu pendidikan sebagai dasar dalam menentukan penelitian pendidikan untuk pengembangan ilmu berkisar pada bidang kurikulum, proses belajar mengajar/pengajaran, bidang evaluasi/penilaian pendidikan, bidang administrasi supervisi pendidikan, bidang penyuluhan pendidikan, bidang pendidikan luar sekolah, bidang pendidikan khusus, bidang teori dan filsafat pendidikan.

Fie2 Fun mengatakan...

NAMA :HARTININGSIH
NIM :206018200197
HP :021- 92150661
PENDAHULUAN

Setiap orang apapun jabatan dan pekerjaannya selalu dihadapkan dengan persoalan atau masalah yang menuntut jawaban, pemecahannya. Jawaban pemecahan masalah, sudah barang tentu dicari yang paling mendekati kebenaran, setidak-tidaknya ada alasan rasional mengapa jawaban itu yang menjadi pilihan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mencari jawaban masalah, antara lain; pengalaman, baik pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, ada pula yang bersumber dari khasanah ilmu pengetahuan yang telah dikuasainya. Bahkan ada orang yang mencari jawaban tersebut dari intuisi saja, di samping melalui usaha coba-coba atau spekulasi.
Penelitian pada hakekatnya mencari jawaban atas masalah yang menuntut jawaban yang benar, setidak-tidaknya mendekati kebenaran yang logis menurut penalaran manusia dan didukung oleh fakta empiris. Berikut akan dijelaskan mengenai definisi penelitian yang dikutip dari beberapa ahli serta di kutip dari websaite. Dan juga di cantumkan fungsi dan kegunaan dari penelitian terssebut.












Penelitian dapat diartikan tiap usaha untuk mencari pengetahuan (ilmiah) baru menurut prosedur yang sistematis dan terkontrol melalui data empiris (pengalaman), yang artinya dapat beberapa kali diuji dengan hasil yang sama, kata “baru” disini bukan hanya berarti sesuatu yang tadinya sama sekali tidak ada lalu menjadi ada (misalnya penemuan listrik), tetapi juga perbaikan atau perkembangan dari suatu pengetahuan/ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian itu bersifat objektif.

Penelitian juga dapat didefinisikan sebagai suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah. Beberapa pakar lain memberikan definisi penelitian sebagai berikut :

Menurut David Penny (Koentjoroningrat & Emerson, 1983:265) penelitian adalah berpikir secara sistematis mengenai jenis-jenis persoalan yang untuk pemecahannya diperlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.

J. Suprapto mengatakan penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, serta sistematis.

Menurut Sutrisno HadiSesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

Menurut Mohammad Ali penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya.

The New Horison Ladder Dictionary mengatakan pengertian research ialah a careful study to discover correct information, yang artinya, suatu penyelidikan yang dilakukan secara hati-hati untuk memperoleh informasi yang benar.

Menurut kamus besar bahasa indonesia edisi kedua (1991) penelitian adalah pemeriksaan yang teliti; penyelidikan; atau kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisi, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.

Secara etimologi, penelitian berasal dari bahasa Inggris (research) (re berarti kembali, dan search berarti mencari). Dengan demikian research berarti mencari kembali.

Menurut kamus Webster̢۪s New Internasional, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Hillway dalam bukunya Introduction to research mengemuka-kan bahwa penelitian adalah suatu metode belajar yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. (Hillway, 1965)

Tuckman mendefinisikan penelitian (research) : (a systematic attempt to provide answer to question) yaitu penelitian merupakan suatu usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah. Sistematis artinya mengikuti prosedur atau langkah-langkah tertentu. Jawaban ilmiah adalah rumusan pengetahuan, generaliasi, baik berupa teori, prinsip baik yang bersifat abstrak maupun konkret yang dirumuskan melalui alat- primernya, yaitu empiris dan analisis. Penelitian itu sendiri bekerja atas dasar asumsi, teknik dan metode.

Kadang-kadang orang menyamakan pengertian penelitian dengan metode ilmiah. Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dimana usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Kegiatan penelitian adalah suatu kegiatan objektif dalam usaha mengembangkan, serta menguji ilmu pengetahuan berdasarkan atas prinsip-prinsip, teori-teori yang disusun secara sistematis melalui proses yang intensif dalam pengembangan generalisasi. Sedangkan metode ilmiah lebih mementingkan aplikasi berpikir deduktif-induktif di dalam memecahkan suatu masalah.

Fokus perhatian dalam suatu penelitian adalah masalah, masalah yang muncul dalam pikiran peneliti berdasarkan penelaahan situasi yang meragukan (a perplexing situation). Masalah adalah titik sentral dari keseluruhan penelitian.
Dalam bukunya Dr. Nana Sudjana, penelitian merupakan penelahan yang terkendali, sebab terkandung dua hal yakni:
1. adanya logika proses berpikir yang dinyatakan secara eksplisit.
Logika berpikir dinyatakan eksplisit, nampak dalam prosesnya menempuh langkah-langkah yang sistematis. Yaitu dimulai dari pengumpulan data, mengolah, menafsirkan data, menguji data sampai pada penarikan kesimpulan. Langkah demi langkah bisa dikaji kembali baik oleh peneliti itu sendiri maupun oleh orang lain.
2. adanya informasi yang dikumpulkan secara empiris dan sistematis
informasi dikatakan empiris sebab sifat dan sumbernya menggambarkan apa yang terjadi di lapangan bukan seperti yang ada dalam pikiran peneliti, sudah tentu objektifitas data, myakni data apa adanya, harus sesuai dengan kenyataan empirik. Info9rmasi yang sistematis berkenaan dengan jenis dan sifat data sesuai dengan aspek-aspek masalah yang sedang dikaji sebagaimana dikehendaki oleh peneliti.

Fungsi penelitian pada hakekatnya mempunyai fungsi menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Secara rincinya dijelaskan sebagai berikut:
a. Penjajagan
Fungsi ini disebut juga fungsi eksploratif, maksudnya ialah bahwa penelitian berfungsi untuk menemukan sesuatu yang belun ada. Dengan demikian penelitian mengisi kekosongan atau kekurangan ilmu.
b. Pengujian
Fungsi ini disebut juga fungsi verivikatif, maksudnya penelitian berfungsi menguji kebenaran suatu pengetahuan yang sudah ada.
c. Pengembangan
Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi developmental, maksudnya penelitian berfungsi sebagai mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.
Fungsi atau kegunaan penelitian dalam konteks pengembangan ilmu pengetahuan adalah:
Maksudnya penelitian-penelitian pendidikan yang dilakukan itu bertujuan atau ditujukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pendidikan itu sendiri termasuk ilmu-ilmu bantunya. Penelitian yang dilakukan untuk pengembangan ilmu sering disebut penelitian murni. Masalah data variabel yang diteliti digali dan diangkat berdasarkan teori-teori yang ada dalam ilmu pendidikan. Hipotesis yang dicoba diturunkan atau berasal dari teori yang telah ada, diuji secara empirik dengan harapan munculnya teori baru atau penyempurnaan dari teori yang ada, minimal menguji teori yang sudah ada, untuk menemukan kondisi-kondisi tertentu yang paling memungkinkan penerapannya dalam praktek pendidikan.
Menguji suatu hipotesis yang dirumuskan atas dasar teori keilmuan, banyak ditemukan dalam penelitian untuk pengembangan ilmu.
Bidang kajian ilmu pendidikan sebagai dasar dalam menentukan penelitian pendidikan untuk pengembangan ilmu berkisar pada bidang kurikulum, proses belajar mengajar/pengajaran, bidang evaluasi/penilaian pendidikan, bidang administrasi supervisi pendidikan, bidang penyuluhan pendidikan, bidang pendidikan luar sekolah, bidang pendidikan khusus, bidang teori dan filsafat pendidikan.

Fie2 Fun mengatakan...

IMAM JAMAL SARI
206018200199
021-99882416
Metode Penelitian Kualitatif: Grounded Theory Approach
PENDAHULUAN

Pendekatan grounded teori (Grounded Theory Approach) adalah metode penelitian kualitatif yang menggunakan sejumlah prosedur sistematis guna mengembangkan teori dari kancah. Pendekatan ini pertama kali disusun oleh dua orang sosiolog; Barney Glaser dan Anselm Strauss. Untuk maksud ini keduanya telah menulis 4 (empat) buah buku, yaitu; "The Discovery of Grounded Theory" (1967), Theoritical Sensitivity (1978), Qualitative Analysis for Social Scientists (1987), dan Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and Techniques (1990). Menurut kedua ilmuwan ini, pendekatan Grounded Theory merupakan metode ilmiah, karena prosedur kerjanya yang dirancang secara cermat sehingga memenuhi keriteria metode ilmiah. Keriteria dimaksud adalah adanya signikansi, kesesuaian antara teori dan observasi, dapat digeneralisasikan, dapat diteliti ulang, adanya ketepatan dan ketelitian, serta bisa dibuktikan.
Sesuai dengan nama yang disandangnya, tujuan dari Grounded Theory Approach adalah teoritisasi data. Teoritisasi adalah sebuah metode penyusunan teori yang berorientasi tindakan/interaksi, karena itu cocok digunakan untuk penelitian terhadap perilaku. Penelitian ini tidak bertolak dari suatu teori atau untuk menguji teori (seperti paradigma penelitian kuantitatif), melainkan bertolak dari data menuju suatu teori. Untuk maksud itu, yang diperlukan dalam proses menuju teori itu adalah prosedur yang terencana dan teratur (sistematis). Selanjutnya, metode analisis yang ditawarkan Grounded Theory Approach adalah teoritisasi data (Grounded Theory).
Pada dasarnya Grounded Theory dapat diterapkan pada berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, namun demikian seorang peneliti tidak perlu ahli dalam bidang ilmu yang sedang ditelitinya. Hal yang lebih penting adalah bahwa dari awal peneliti telah memiliki pengetahuan dasar dalam bidang ilmu yang ditelitinya, supaya ia paham jenis dan format data yang dikumpulkannya.

PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Seperti diketahui, paradigma kualitatif mengasumsikan bahwa di dalam kehidupan sosial selalu ditemukan regulasi-regulasi yang relatif sudah terpola. Pola-pola regulasi yang ditemukan melalui penelitian itulah yang dirumuskan menjadi teori. Asumsi ini dipertegas dalam Grounded Theory, dengan menyatakan bahwa; (a) semua konsep yang berhubungan dengan fenomena belum dapat diidentifikasi; dan (b) hubungan antarkonsep belum terpahami atau belum tersusun secara konseptual. Oleh sebab itu, tidak mungkin bagi seorang peneliti untuk mengajukan masalah yang sangat spesifik –seperti yang dituntut dalam metode kuantitatif, baik variabel maupun tipe hubungan antarvariabelnya. Substansi rumusan masalah dalam pendekatan Grounded Theory masih bersifat umum, yaitu dalam bentuk pertanyaan yang masih memberi kelonggaran dan kebebasan untuk menggali fenomena secara luas, dan belum sampai menegaskan mana saja variabel yang berhubungan dengan ruang lingkup masalah dan mana yang tidak. Demikian pula tipe hubungan antarvariabelnya belum perlu dieksplisitkan dalam rumusan masalah yang dibuat.
Bertolak dari dasar asumsi dan kemungkinan yang diutarakan di atas, rumusan masalah dalam Grounded Theory disusun secara bertahap. Pada tahap awal –sebelum pengumpulan data, dikemukan rumusan masalah yang bersifat luas (tetapi tidak terlalu terbuka), yang kemudian nanti –setelah data yang bersifat umum dikumpulkan—rumusan masalahnya semakin dipersempit dan lebih difokuskan sesuai dengan sifat data yang dikumpulkan. Intinya adalah, bahwa rumusan masalah dalam Grounded Theory disusun lebih dari satu kali. Rumusan masalah yang diajukan pada tahap pertama dimaksudkan sebagai panduan dalam mengumpul data, sedangkan rumusan masalah yang diajukan pada tahap berikutnya dimaksudkan sebagai panduan untuk menyusun teori. Perumusan masalah yang disebut terakhir ini inheren dengan perumusan hipotesis penelitian.
Seperti lazimnya pada setiap penelitian, rumusan masalah yang disusun pada tahap awal adalah yang memiliki substansi yang jelas serta diformulasikan dalam bentuk pertanyaan. Ciri rumusan masalah yang disarankan dalam Grounded Theory adalah; (a) berorientasi pada pengidentifikasian fenomena yang diteliti; (b) mengungkap secara tegas tentang obyek (formal dan material) yang akan diteliti, serta (c) berorientasi pada proses dan tindakan. Contoh rumusan masalah awal pada Grounded Theory; "Bagaimanakah wanita yang berpenyakit kronis mengatasi kehamilan?" Pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah ini bermaksud untuk; (a) mengenali secara tepat dan mendalam perilaku wanita yang sedang berpenyakit kronis dalam mengatasi kehamilannya, (b) obyek formal penelitian adalah wanita yang berpenyakit kronis yang sedang hamil; sedangkan obyek materialnya adalah cara-cara yang dilakukan oleh wanita itu dalam mengatasi persoalan kehamilan dalam kondisi sakit, dan (c) orientasi utama yang disoroti adalah tahapan tindakan si wanita dan jenis-jenis atau bentuk-bentuk tindakan yang dipilih.

PENGGUNAAN TEORI TERDAHULU
Sebagaimana penelitian kualitatif pada umumnya, pendekatan Grounded Theory sama sekali tidak bermaksud untuk menguji teori, dan bahkan tidak bertolak dari variabel-variabel yang direduksi dari suatu teori. Sungguh tidak relevan jika penelitian dengan Grounded Theory dimulai dengan teori atau variabel yang telah ada, karena akan menghambat pengembangan rumusan teori baru. Oleh sebab itu, penelitian Grounded Theory tidak perlu terlalu terpangaruh oleh literatur karena akan menutupi kreativitas dalam mengumpul, memahami dan menganalisis data. Inilah yang dimaksudkan dalam pendekatan Grounded Theory, bahwa sesungguhnya peneliti belum memiliki pengetahuan tentang obyek yang diteliti, termasuk jenis data dan kategori-kategori yang mungkin ditemukan.
Dalam pendekatan Grounded Theory, teori yang sudah ada harus diletakkan sesuai dengan maksud penelitian yang dikerjakan:
Penelitian yang bermaksud menemukan teori dari dasar;
• Jika peneliti menghadapi kesulitan dalam hal konsep ketika merumuskan masalah, membangun kerangka berpikir, dan menyusun bahan wawancara, maka konsep-konsep yang digunakan oleh teori terdahulu dapat dipinjam untuk sementara sampai ditemukan konsep yang sebenarnya dari kancah.
• Jika penelitian dengan Grounded Theory menemukan teori yang memiliki hubungan dengan teori yang sudah dikenal, maka temuan baru itu merupakan sumbangan baru untuk memperluas teori yang sudah ada. Demikian pula, jika ternyata teori yang ditemukan identik dengan teori yang sudah ada, maka teori yang ada dapat dijadikan sebagai pengabsahan dari temuan baru itu.
• Jika peneliti sudah menemukan kategori-kategori dari data yang dikumpulkan, maka ia perlu memeriksa apakah sistem kategori serupa telah ada sebelumnya. Jika ya, maka peneliti perlu memahami tentang apa saja yang dikatakan oleh peneliti lain tentang kategori tersebut, tetapi bukan untuk mengikutinya. Penelitian yang bermaksud memperluas teori;
• Jika penelitian bermaksud untuk memperluas teori yang telah ada, maka penelitian dapat dimulai dari teori tersebut dengan merujuk kerangka umum teori itu. Dengan kata lain, kerangka teoritik yang sudah ada bisa digunakan untuk menginterpretasi dan mendekati data. Namun demikian, penelitian yang sekarang harus dikembangkan secara tersendiri dan terlepas dari teori sebelumnya. Dengan demikian, penelitian dapat dengan bebas memilih data yang dikumpulkan, sehingga memungkinkan teori awalnya dapat diubah, ditambah, atau dimodifikasi.
• Jika penelitian sekarang bertolak dari teori yang sudah ada, maka ia dapat dimanfaatkan untuk menyusun sejumlah pertanyaan atau menjadi pedoman dalam pengamatan /wawancara untuk mengumpul data awal.
• Jika temuan penelitian sekarang berbeda dari teori yang sudah ada, maka peneliti dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa temuannya berbeda dengan teori yang ada.

ANALISIS DATA
Pada esensinya kegiatan pengumpulan dan analisis data dalam Grounded Theory adalah proses yang saling berkaitan erat, dan harus dilakukan secara bergantian (siklus). Karena itu kegiatan analisis --yang dibicarakan pada bagian berikut-- telah dikerjakan pada saat pengumpulan data sedang berlangsung.
Kegiatan analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengkodean (coding). Pengkodean merupakan proses penguraian data, pengonsepan, dan penyusunan kembali dengan cara baru. Tujuan pengkodean dalam penelitian Grounded Theory adalah untuk; (a) menyusun teori, (b) memberikan ketepatan proses penelitian, (c) membantu peneliti mengatasi bias dan asumsi yang keliru, dan (d) memberikan landasan, memberikan kepadatan makna, dan mengembangkan kepekaan untuk menghasilkan teori.
Terdapat dua prosedur analisis yang merupakan dasar bagi proses pengkodean, yaitu; (a) pembuatan perbandingan secara terus-menerus (the constant comparative methode of analysis); dan (b) pengajuan pertanyaan. Dalam konteks penelitian Grounded Theory, hal-hal yang diperbandingkan itu cukup beragam, yang intinya berada pada sekitar; (i) relevansi fenomena atau data yang ditemukan dengan permasalahan pokok penelitian, dan (ii) posisi dari setiap fenomena dilihat dari sifat-sifat atau ukurannya dalam suatu tingkatan garis kontinum.

Pengkodean Terbuka (Open Coding)
Pelabelan fenomena
Pelabelan fenomena merupakan langkah awal dalam analisis. Yang dimaksud dengan pelabelan fenomena adalah pemberian nama terhadap benda, kejadian atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan atau wawancara. Pada hakikatnya, pelabelan itu merupakan suatu pembuatan nama dari setiap fenomena dengan konsep-konsep tertentu. Jadi pelabelan fenomena itu tidak lain adalah satu kegiatan konseptualisasi data.
Cara untuk melakukan pelabelan ini ialah dengan membandingkan insiden-insiden, sampai dapat diberikan nama yang sama untuk fenomena-fenomena yang serupa. Cara ini tidak sekedar meringkas hasil pengamatan atau wawancara dengan kata-kata kunci sebagai ganti dari sebuah deskripsi yang panjang, melainkan memberikan konsep baru terhadap fenomena (atau kegiatan konseptualisasi). Sebagai contoh, jika peneliti melihat sekelompok orang duduk melingkar mengelilingi sebuah meja besar, di mana masing-masing menyampaikan pendapat secara bergantian di bawah kordinasi seorang yang mengatur lalu-lintas pembicaraan, maka fenomena yang berlangsung dalam waktu yang lama ini dapat diberi label dengan diskusi atau rapat.

Penemuan dan penamaan kategori
Pada hakikatnya, setiap fenomena yang sudah diberi label adalah unit-unit data yang masih berserakan. Kapasitas intelektual manusia tidak cukup kuat untuk sekaligus memproses dan menganalisis informasi yang jumlahnya besar seperti itu. Untuk menyederhanakan data tersebut perlu dipisahkan ke dalam beberapa kelompok. Penyederhanaan data itu pada umumnya dilakukan dengan cara mereduksi data sehingga menjadi lebih ringkas dan padat, kemudian membagi-baginya ke dalam kelompok-kelompok tertentu (kategorisasi) sesuai sifat dan substansinya. Proses kategorisasi ini pada dasarnya tergantung pada tujuan penelitian yang sudah ditetapkan pada rancangan penelitian.
Jika dalam pelabelan fenomena dilakukan proses konseptualisasi, maka dalam pemberian nama kategori dilakukan proses abstraksi. Kegiatan ini berkaitan dengan logika induktif, di mana sejumlah unit data yang sama atau memiliki keserupaan dikelompokkan dalam satu kategori kemudian diberi nama yang lebih abstrak. Kambing, lembu, dan kerbau, misalnya, adalah konsep-konsep yang memiliki keserupaan dan dapat dikelompokkan jadi satu kategori dengan nama binatang menyusui (mamalia). Contoh lain, jika anda melihat anak-anak sedang bermain, lalu ada yang "merebut" mainan, "menyembunyikan mainan", "menjauhi teman", "menangis", maka semua konsep perilaku itu dapat dijadikan satu kategori, yaitu sebagai "strategi untuk menghindari pinjaman atas mainan miliknya". Intinya adalah memadukan konsep-konsep –yang menurut tujuan penelitian anda memiliki keserupaan—menjadi satu kategori dan kemudian memberi label (nama) yang lebih abstrak yang mencakup semua konsep tersebut.
Dalam pemberian nama kategori ini, adakalanya peneliti membuat sendiri nama yang sesuai dengan kelompok unit data, tetapi adakalanya meminjam istilah yang sudah dibuat oleh peneliti atau ahli lainnya. Kedua-duanya tetap dibenarkan dalam Grounded Theory. Namun demikian, cara pemberian nama yang paling dianjurkan, adalah dengan menggunakan istilah yang dipakai oleh subyek yang diteliti, karena cara inilah yang disarankan sesuai dengan pendekatan emic yang menjadi ciri dari setiap penelitian kualitatif.

Penyusunan Kategori
Dasar untuk penyusunan kategori adalah sifat dan ukurannya. Yang dimaksud dengan sifat di sini adalah karakteristik atau atribut suatu kategori (yang berfungsi sebagai ranah ukuran, dimensional range), sedangkan ukuran adalah posisi dari sifat dalam suatu kontinium. Lambang-lambang Partai Golkar dalam suatu kampanye, misalnya, berupa kaos, jaket, topi, bendera, spanduk, umbul-umbul, dan sebagainya, semua dikategorikan dengan "warna kuning". "Warna kuning" (kategori) dari lambang-lambang yang tampak itu sesungguhnya tidak persis sama, di sana ada perbedaan baik dari segi intensitas coraknya, maupun kecerahannya. Intensitas corak dan kecerahan itulah sifat dari "warna kuning" tersebut. Masing-masing sifat itu memiliki dimensi yang dapat diukur. Setiap dimensinya dapat ditempatkan pada posisi tertentu dalam garis kontinium. Intensitas corak warna itu, misalnya, dapat diberi ukuran mulai dari yang "kuning tebal" (orange) sampai pada "kuning tipis" (keputih-putihan). Demikian seterusnya, setiap kategori data bisa ditempatkan di mana saja di sepanjang kontinua dimensional secara bervariasi. Akibatnya, setiap kategori memiiki profil dimensional yang terpisah. Beberapa profil itu dapat dikelompokkan sehingga membentuk suatu pola. Profil dimensional ini menggambarkan sifat khusus dari suatu fenomena dalam kondisi-kondisi yang ada.
Hal penting yang perlu dipahami adalah penentuan sifat umum dari suatu fenomena atau kategori. Sifat umum dari setiap kategori fenomena tentu tidak sama. Sifat umum dari warna, adalah intensisitas corak dan kecerahan, sedangkan sifat umum dari perilaku adalah frekuensi, intensitas, durasi, dan seterusnya.

Pengkodean Terporos (Axial Coding)
Pengkodean terporos adalah seperangkat prosedur penempatan data kembali dengan cara-cara baru dengan membuat kaitan antarkategori. Pengkodean ini diawali dari penentuan jenis kategori kemudian dilanjutkan dengan penemuan hubungan antar kategori atau antarsubkategori.
Dalam Grounded Theory, setiap kategori harus dikelompokkan ke dalam satu jenis kategori berikut; yaitu kondisi kausal, konteks, kondisi pengaruh, strategi aksi/interaksi, dan konsekuensi. Sistem pengelompokan kategori ini disebut dengan model paradigma Grounded Theory. Tugas peneliti pada tahap ini adalah memberi kode terhadap setiap kategori data, dengan mengajukan pertanyaan, "termasuk jenis kategori apa data ini"? Model paradigma inilah yang menjadi dasar untuk menemukan hubungan antar kategori atau antarsubkategori.
Kegiatan selanjutnya adalah menghubungkan subkategori dengan kategorinya. Sifat pertanyaan yang diajukan dalam pengkodean terporos mengarah pada suatu jenis hubungan. Alternatif hubungan-hubungan itu adalah; hubungan antara kondisi kausal dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara konteks dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara kondisi pengaruh dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara strategi aksi/interaksi dengan konsekuensi. Pola hubungan yang perlu ditemukan itu tidak terhenti pada hubungan antara dua kategori, melainkan harus dapat mengungkap hubungan antara semua jenis kategori, yang dapat digambarkan ke dalam skema berikut:

Pengkodean Terpilih (Selective Coding)
Mengingat masalah penelitian dalam Grounded Theory masih bersifat umum, mungkin sekali peneliti menemukan sejumlah besar data dengan kategori dan hubungan antarkategori/subkategori yang banyak dan bervariasi. Kenyataan ini tentu dapat membingungkan, karena datanya masih belum terfokus pada titik tertentu. Untuk menyederhanakannya perlu dilakukan proses penggabungan dan atau seleksi secara sistematis.
Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk menyederhanakan data adalah dengan menggabungkan semua kategori, sehingga menghasilkan tema khusus. Penggabungan tidaklah banyak berbeda dengan pengkodean terporos, kecuali tingkat abstraksnya. Konsep-konsep yang digunakan dalam penggabungan lebih abstrak dari konsep pengkodean terporos. Cara ini merupakan tugas peneliti yang paling sulit. Kepekaan teoritik dari peneliti amat penting di sini. Inti dari proses penggabungan itu adalah, bagaimana peneliti dapat menemukan spirit teoritis dari semua kategori. Spirit teoritis itu mungkin saja tidak tampak secara eksplisit, tetapi tertangkap oleh pikiran peneliti.

Ada beberapa tahapan kerja yang disarankan dalam proses pengkodean terpilih ini;
Mereproduksi kembali alur cerita atau susunan data ke dalam pikiran.
Mengidentifikasi data dengan menulis beberapa kalimat pendek yang berisi inti cerita atau data. Pertanyaan yang perlu diajukan peneliti terhadap dirinya sendiri, adalah "apakah yang tampak menonjol dari wilayah penelitian ini?", atau "apa masalah utamanya".
Menyimpulkan dan memberi kode terhadap satu atau dua kalimat sebagai kategori inti. Keriteria kategori inti yang disimpulkan itu ialah bahwa ia merupakan inti masalah yang dapat mencakup semua fenomena/data. Kategori inti harus cukup luas agar mencakup dan berkaitan dengan kategori lain. Kategori inti ini dapat diibaratkan sebagai matahari yang berhubungan secara sistematis dengan planet-planet lain. Lalu kategori inti tersebut diberi nama (konseptualisasi).
Menentukan pilihan kategori inti. Jika ternyata pada tahap "c" ada dua atau tiga kategori inti, maka mau tak mau harus dipilih satu saja. Kategori inti lainnya dijadikan sebagai kategori tambahan yang tidak menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini.
Pada tahap penggabungan dan atau pemilihan ini, peneliti sebenarnya telah sampai pada penemuan tema pokok penelitian. Pada umumnya metode kualitatif menganggap penelitian telah selesai pada penemuan tema ini. Lain hal dalam Grounded Theory, tema utama (yang sudah ditemukan) dipandang sebagai dasar untuk merumuskan masalah utama dan hipotesis penelitian. Karena itu, peneliti perlu merumuskan masalah pokok dan hipotesis penelitiannya. Berdasarkan masalah dan hipotesis itu, peneliti harus kembali lagi ke lapangan untuk mengabsahkan atau membutikannya. Hasil pembuktian itulah yang menjadi temuan penelitian, yang disebut sebagai teori.

4. Analisis Proses
Menganalisis proses merupakan bagian penting dalam Grounded Theory. Yang dimaksud dengan analisis proses adalah pengaitan urutan tindakan/interaksi. Kegiatan analisis ini terdiri dari penelusuran terhadap; (a) perubahan kondisi, (b) respon (strategi aksi/interaksi) terhadap perubahan; (c) konsekuensi yang timbul dari respon, dan (d) penjabaran posisi konsekwensi sebagai bagian dari kondisi.
Pada penelitian Grounded Theory, analisis proses bukan merupakan bagian dari tahapan kegiatan, tetapi sebagai cara untuk mempertajam analisis dalam pengkodean (khusus pada pengkodean terporos dan pengkodean terpilih). Hasil analisis proses itu juga perlu ditunjukkan dalam penulisan laporan penelitian. Maksud analisis proses ini adalah sebagai cara untuk menghidupkan data melalui penggambaran dan pengaitan tindakan/interaksi untuk mengetahui urutan dan atau rangkaian data. Dalam pengaitan itu tidak hanya untuk mengenali urutan waktu atau kronologi suatu peristiwa, melainkan yang lebih penting adalah untuk menemukan keterkaitan antara stimulus, respon, dan akibat. Kondisi, respon, dan konsekwensi harus dilihat sebagai tiga hal yang terus bergerak secara dinamis dan berputar mengikuti garis lingkaran.
Dalam prakteknya, proses dapat dilihat sebagai pergerakan progresif dan dapat pula dilihat sebagai pergerakan nonprogresif. Kedua perspektif proses ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Proses sebagai pergerakan progresif; Jika proses dilihat sebagai pergerakan progresif, maka peneliti dapat mengkonsepkan data sebagai langkah-langkah, fase-fase, atau tahapan. Cara ini cukup baik untuk penelitian yang membahas tentang perkembangan, sosialisasi, transformasi mobilitas sosial, imigrasi, dan peristiwa sejarah. Hal penting yang perlu diingat di sini ialah bahwa kesemua unsur paradigma Grounded Theory harus berperan dalam menjelaskan rentang waktu dan variasinya, di mana keterkaitan atau hubungan-hubungan antar unsur tetap dapat dieksplisitkan.
Proses sebagai pergerakan nonprogresif; Bagaimanapun tidak semua fenomena terjadi secara kronologis, karena tidak jarang pula ditemukan fenomena yang tidak dapat dinyatakan sebagai langkah-langkah dan fase-fase progresif yang runtut. Untuk fenomena seperti ini, peneliti dianjurkan untuk menganalisis penggantian atau perubahan tindakan/interaksi yang terencana sebagai tanggapan atas perubahan kondisi.

PENGUMPULAN DATA DAN PENYAMPELAN TEORITIK
Pada dasarnya instrumen pengumpul data penelitian Grounded Theory adalah peneliti sendiri. Dalam proses kerja pengumpulan data itu, ada 2 (dua) metode utama yang dapat digunakan secara simultan, yaitu observasi dan wawancara mendalam (depth interview). Metode observasi dan wawancara dalam Grounded Theory tidak berbeda dengan observasi dan wawncara pada jenis penelitian kualitatif lainnya.
Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian Grounded Theory dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Paling tidak, pada Grounded Theory sangat ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life history) untuk melihat prosesnya serta ditujukan untuk menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas. Seorang peneliti Grounded Theory selalu mempertanyakan "mengapa suatu kondisi terjadi?", "apa konsekwensi yang timbul dari suatu tindakan/reaksi?", dan "seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan konsekwensi itu berlangsung"?.
Dalam Grounded Theory, masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah populasi, melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara penyampelan teoritik. Penyampelan teoritik adalah pengambilan sampel berdasarkan konsep-konsep yang terbukti berhubungan secara teoritik dengan teori yang sedang disusun. Tujuannya adalah mengambil sampel peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran yang secara langsung menjawab masalah penelitian. Sebagai contoh, jika peneliti sedang meneliti "warna kuning" yang di dimensinya terdiri atas "intensitas corak" dan "kecerahan", maka peneliti memutuskan untuk mendalami "intensitas corak" saja (tidak lagi membahas tentang 'kecerahan"), berarti ia sudah melakukan penyampelan. Penegasan ini memberi makna, bahwa pada dasarnya yang di sampel itu bukan obyek formal penelitian (orang atau benda-benda), melainkan obyek material yang berupa fenomena-fenomena yang sudah dikonsepkan. Namun demikian, karena fenomena itu melekat dengan subyek (orang atau benda), maka dengan sendirinya obyek formal juga ikut di sampel dalam peroses pengumpulan atau penggalian fenomena.

Berkenaan dengan proposisi terakhir, pada hakikatnya fenomena yang telah terpilih itulah yang dicari atau digali oleh peneliti ketika proses pengumpulan data. Karena fenomena itu melekat dengan subyek yang diteliti, maka jumlah subyek pun terus bertambah sampai tidak ditemukan lagi informasi baru yang diungkap oleh beberapa subyek yang terakhir. Itulah sebabnya, penentuan sampel subyek dalam penelitian Grounded Theory, seperti halnya penelitian kualitatif pada umumnya, tidak dapat direncanakan dari awal. Subyek-subyek yang diteliti secara berproses ditentukan di lapangan, kaetika pengumpulan data berlangsung. Cara penyampelan inilah yang disebut dalam penelitian kualitatif sebagai snow bowl sampling.
Sesuai dengan tahap pengkodean dan analisis data, penyampelan dalam Grounded Theory diarahkan dengan logika dan tujuan dari tiga jenis dasar prosedur pengkodean. Ada tiga pola penyampelan teoritik, yang sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan pengumpulan data; (a) penyampelan terbuka, (b) penyampelan relasional dan variasional, serta (c) penyampelan pembeda. Penyampelan ini bersifat kumulatif (di mana penyampelan terdahulu menjadi dasar bagi penyampelan berikutnya) dan semakin mengerucut sejalan dengan tingkat kedalaman fokus penelitian. Keterangan yang berkenaan dengan tiga pola penyampelan ini dapat diringkas sebagai berikut:

Penyampelan Terbuka; Penyampelan ini bertujuan untuk menemukan data sebanyak mungkin sepanjang berkenaan dengan rumusan masalah yang dibuat pada awal penelitian. Karena pada tahap awal itu peneliti belum yakin tentang konsep mana yang relevan secara teoritik, maka obyek pengamatan dan orang-orang yang diwawncarai juga masih belum dibatasi. Data yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data awal inilah kemudian dianalisis dengan pengkodean terbuka.
Penyampelan Relasional dan Variasional; Sebagaimana diutarakan di atas, tujuan pengkodean terporos adalah menghubungkan secara lebih khusus kategori-kategori dengan sub-subkategorinya. Untuk maksud ini perlu dilakukan penyampelan yang berfokus pada pengungkapan dan pembuktian hubungan-hubungan tersebut. Kegiatan itu dinamakan penyampelan relasional dan variasional.

Pada penyampelan relasional dan variasional diupayakan untuk menemukan sebanyak mungkin perbedaan tingkat ukuran di dalam data. Hal pokok yang perlu pada penemuan perbedaan tingkat ukuran tersebut adalah proses dan variasi. Jadi, inti utama penyampelan di sini adalah memilih subyek, lokasi, atau dokumen yang memaksimalkan peluang untuk memperoleh data yang berkaitan dengan variasi ukuran kategori dan data yang bertalian dengan perubahan.
Penyampelan Pembeda: Penyampelan pembeda berkaitan dengan kegiatan pengkodean terpilih. Karena itu tujuan penyampelan pembeda di sini adalah penetapan subyek yang diduga dapat memberi peluang bagi peneliti untuk membuktikan atau menguji hubungan antarkategori.
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian Grounded Theory berlangsung secara bertahap dan dalam rentang waktu yang relatif lama. Proses pengambilan sampel juga berlangsung secara terus menerus ketika kegiatan pengumpulan data. Jumlah sampel bisa terus bertambah sejalan dengan pertambahan jumlah data yang dibutuhkan. Ketentuan umum dalam Grounded Theory adalah melakukan penyampelan hingga pemenuhan teoritik bagi setiap kategori tercapai. Maksudnya, penyampelan dihentikan apabila; (a) tidak ada lagi data baru yang relevan, (b) penyusunan kategorinya telah terpenuhi; dan (c) hubungan antarkategori sudah ditetapkan dan dibuktikan.
Dari keterangan tentang prinsip penyampelan di atas, pengambilan kesimpulan dalam penelitian Grounded Theory tidak didasarkan pada generalisasi, melainkan pada spesifikasi. Bertolak dari pola penalaran ini, penelitian Grounded Theory bermaksud untuk membuat spesifikasi-spesifikasi terhadap (a) kondisi yang menjadi sebab munculnya fenomena, (b) tindakan/interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi itu, (c) serta konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari tindakan/i nteraksi itu. Jadi, rumusan teoritik sebagai hasil akhir yang ditemukan dari jenis penelitian ini tidak menjustfikasi keberlakuannya untuk semua populasi, seperti dalam penelitian kuantitatif, melainkan hanya untuk situasi atau kondisi tersebut.

PENUTUP
Grounded Theory Approach adalah satu jenis metode penelitian kualitatif yang berorientasi pada penemuan teori dari kancah. Dilihat dari prosedur, prinsip, dan teknik yang digunakan, metode ini benar-benar bersifat kualitatif murni, tetapi jika dilihat dari kerangka berpikir yang digunakan ternyata secara implisit pendekatan ini meminjam metode kuantitatif. Paling tidak ada 3 (tiga) dasar kerangka berpikir kuantitif yang dipinjam Grounded Theory;
Penggunaan hukum kausalitas sebagai dasar penyusunan teori. Seperti diketahui, bahwa dalam epistemologi ilmiah, prinsip kausalitas adalah salah asumsi dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan, karena sangat diyakini bahwa segala hal yang terjadi di alam ini tidak lepas dari hukum sebab-akibat.
Pengukuran fenomena. penelitian kualitatif pada umumnya tidak melakukan pengukuran terhadap data yang ditemukannya, melainkan lebih menekankan pada pengelompokan konfigurasi dari variasinya. Lain hal dengan Grounded Theory, di sini dilakukan pengukuran-pengukuran, sebagaimana yang lazim dilakukan pada metode kuantitatif.
Penggunaan variabel; Secara eksplisit memang tidak pernah disebut-sebut istilah variabel dalam Grounded Theory. Tetapi dengan penggunaan paradigma teoritik yang membagi fenomena ke dalam kondisi kausal, konteks, kondisi pengaruh, tindakan/interaksi, dan konsekwensi, serta mencari hubungan-hubungan antara unsur-unsur itu merupakan pertanda bahwa di dalam metode ini digunakan konsep-konsep yang identik dengan variabel.
Perkawinan metode kualitatif dengan kuantitatif dalam Grounded Theory merupakan satu perkembangan baru yang patut diberi apresiasi positif. Proses perkawinan itu sendiri harus dimaklumi, tidak saja karena Strauss dan Glaser sebagai dua tokoh penggagas metode ini yang memiliki latar pemikiran yang berbeda (kualitatif dan kuantitatif), melainkan juga karena tuntutan perkembangan metode keilmuan yang terus berkembang. Mau tak mau, metode kualitatif harus menata prosedur dan teknik-teknik penelitiannya agar semakin dipercaya sebagai metode yang dapat diandalkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

dawam mengatakan...

Nama : Dawam Manfaluthi
Jur/Smt : PAI/IV A Extension
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Dosen : Nuraida SAg. Msi

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Maaf banget Bu Dosen Saya terlambat mengirimkan tugas kepada Ibu, karena kesibukan Saya diluar kuliah. Ini tugas saya barangkali banyak kekurangannya. kepada Ibu mudah-mudahan selalu disehatkan Allah SWT . terimakasih

PENELITIAN

A. Pengertian Penelitian
Penelitian adalah sebagai cara pengamatan atau inkuiri dan mempunyai tujuan untuk mencari jawaban permasalahan/proses penemuan, baik discovery maupun invention. Discovery diartikan hasil temuan yang memang sebetulnya sudah ada, sebagai contoh misalnya penemuan Benua Amerika adalah penemuan yang cocok untuk arti discovery. Sedangkan invention dapat diartikan sebagi penemuan hasil penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta. Misalnya cloning dari hewan yang sudah mati dan dinyatakan punah, kemudian diteliti untuk menemukan jenis yang baru.
Penelitian adalah merupakan proses ilmiah yang mencakup sifat formal dan intesif. Karakter formal dan intensif karena mereka terikat dengan aturan, urutan, maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Penelitian menurut Kerlinger (1986) adalah proses penemuan yang mempunyai Karakteristik sistematis, terkontrol, empriris dan mendasarkan pada teori dan hipotesis/jawaban sementara.
Dari beberapa pendapat tersebut jelas kiranya bahwa setiap orang pada prinsipnya akan memberikan pengertian tentang penelitian berbeda-berbeda. Perbedaan tersebut biasanya tergantung dengan bebrapa factor seperti diantaranya: latar belakang pengetahuan seseorang, kehidupan seseorang, dan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang tersebut.
Sebagai jawaban atas pertentangan tentang apakah penelitian itu? Dapat disimpulkan bahwa penelitian tidak lain adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi misalnya observasi secara sistematis, dikontrol, dan mendasarkan pada teori yang ada dan diperkuat dengan gejala yang ada.
B. Fungsi-fungsi Penelitian
1. Menemukan sesuatu yang baru
Walaupun banyak cara untuk dapat menemukan informasi/ hasil karya baru, dalam dunia pengetahuan penemuan yang dilakukan melalui suatu kegiatan penelitian adalah hasil yang handal dan mendapat pengakuan dari kalangan ilmuwan.
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan dapat dilakukan secara berkelanjutan melalui media penelitian.
3. Melakukan validasi terhadap teori yang lama
Hasil penelitian digunakan sebagai konfirmasi atau pembaharuan jika terjadi perubahan yang nyata terhadap paradigma teori yang lama berlaku.
4. Menemukan permasalahan penelitian
Permasalahan penelitian pada prinsipnya dapat diperoleh dimana saja seorang peneliti berada.

Unknown mengatakan...

NAMA : SURIATI
NIM : 208011000073
HP : 085711100622
KELAS : IV A NON REGULER

METODOLOGI PENELITIAN
A. PENGERTIAN PENELITIAN
Penelitian adalah: terjemahan dari bahasa inggris yaitu
research yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali, yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dan dengan cara hati-hati, sistimatis serta sempurna tehadap pemasalahan sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya.

Sumber: P. Joko Subagyo, S.H., Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek Oleh.

Menurut the advanced learner’s dictionary of current english (1961) penelitian atau riset ialah penyelidikan atau pencarian yang seksama untuk mempeoleh fakata baru dalam cabang ilmu pengetahuan.
Sementara menurut Fellin , Tripodi dan Meyer (1969) penelitian atau riset adalah suatu cara sistematis untuk maksud meningkatakan,memodifikasi dan mengembangakan pengetahuan yang dapat disampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain
Selanjutnya dalam bahasa indonesia padanan kata riset sering digunakan istilah “penelitian” dimana penelitian di defenisikan sebagai suatu usaha untuk menemukan kebenaran suatu pengetahuan dan usaha-usaha tersebut dengan cara ilmiah.

Sumber: http://ibnurusdi.wordpress.com/2008/04/06/pengertian-penelitian/

Dan menurut Kerlinger (1973)mendefenisikan penelitian ilmiah sebagai penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris, dan penyelidikan kritis dari proposisi-proposisi hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan antara gejala alam.
Penelitian disebut sistimatis bila mengikuti langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang dimulai dari identifikasi masalah, menghubungkan masalah tersebut dengan teori-teori yang ada, mengumpulkan data, menganalisis,menganalisa dan menginterpretasi data, menarik kesimpulan, dan menggabungkan kesimpulan-kesimpulan tersebut kedalam jajaran khasanah pengetahuan.
Penelitian ilmiah terkontrol karena masalahnya dijelaskan dengan cermat dan rinci dan kesimpulannya hanya dapat ditarik dari data yang diperoleh sehingga didalam penelitian ilmiah tidak ada khayalan dan dugaan tapi harus benar-benar fakta.
Bukti-bukti empiris diperoleh ketika data sudah terkumpul kemudian digunakan untuk mendukung atau menolak hipotesis yang dirumuskan sebelumnya dan data empiris inilah yang dijadikan dasar untuk penarikan kesimpulan.

Sumber: Consuelo G. Sevilla dkk., Buku Pengantar Metode Penelitian.

Menurut Withney (1960), Ia mengutip defenisi penelitian dari beberapa ahli, salah satunya dari John (1949) yang mengatakan penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antara fakta dan menghasilkan dalil atau hukum.
Menurut Arief Furchan dalam bukunya pengantar penelitian dalam pendidikan, jika penelitian ilmiah diterapkan untuk menyelidiki masalah-masalah pendidikan, maka hasilnya ialah penelitian pendidikan.
Penelitian pendidikan ialah cara yang dilakukan orang untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat dipertanggung jawabkan serta mengenai proses pendidikan. Traves merumuskan penelitian pendidikan sebagai: “Suatu kegiatan yang diarahkan kepada pengembangan pengetahuan ilmiah tentang kejadian-kejadian yang menarik perhatian para pendidik”.
Sumber: http://naseh21.multiply.com/journal/item/1
Penelitian atau penyelidikan adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sistematis dan teliti, dengan tujuan mendapatkan susunan dan tafsiran yang baru dari pengetahuan yang telah ada,dimana sikap orang yang bertindak itu harus kritis dan prosedur yang digunakan harus lengkap
Penelitian meupakan usaha manusia untuk mengisi kekosongan-kekosongan dalam pengetahuan.
Sumber:http://www.litbangkabtsm.org/new/index.php?option=com_content&view=article&id=87:metode-ilmiah-penelitian&catid=35:penelitian&Itemid=13
Dan menurut saya penelitian merupakan upaya yang dilakukan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang sudah ada dengan cara langsung terjun kelapangan untuk mencari data yang berhubungan dengan masalah tersebut untuk kemudian dikaji dan ditemukan kebenarannya.

B. FUNGSI DAN KEGUNAAN PENELITIAN
a. Fungsi Penelitian
1. Menemukan pengetahuan
2. Mengembangkan pengetahuan serta
3. Mengujii kebenaran suatu pengetahuan
b. Kegunaan Penelitian
Penelitian memberikan hipotesis-hipotesis, konsep-konsep,hukum-hukum, dan teori-teori baru kepada ilmu pengetahuan sehingga penelitian itu bersifat memperkaya, mempemoderen, dan mendorong ilmu pengetahuan menjadi lebih progresif.
c. Hasil suatu penelitian berguna bagi berbagai pihak diantaranya:
1. Bagi ilmu pengetahuan itu sendiri sesuai dengan tujuan pengembangan pengetahuan.
2. Bagi orang yang berminat untuk menerapkan hasil-hasil yang telah dirumuskan untuk maksud pelayanan operasional atau perencanaan suatu program
3. Bagi orang yang bermaksud mengadakan penelitian yang sama dengan populasi atau objek lain atau penelitian lanjutan.

Sumber: http://ibnurusdi.wordpress.com/2008/04/06/pengertian-penelitian/